Tag
adis ababa, ayat-ayat cinta, da vinci code, fakta sejarah, gadis berjilbab, harta karun, knight of zion, mahardika zifana, nabi sulaiman, rahasia kaum falasha, tabut perjanjian, The Ark of Covenant, thriller, zionis, zionisme
Penulis : Mahardika Zifana
Jumlah Halaman : 430
Penerbit : Edelweiss (Pustaka Iman) dan Mizan
Tahun Terbit : 2009
Membaca buku ini, mau tak mau kita pasti akan membandingkannya dengan novel Da Vinci Code yang terlebih dahulu fenomenal. Yah, novel ini pun penuh dengan kode-kode dan simbol misterius. Selain itu juga berkaitan dengan agama. Bila dalam Da Vinci Code dibahas tentang cawan suci dalam tradisi kristen. Maka di novel ini yang jadi benang merahnya adalah Tabut perjanjian yang merupakan harta karun peninggalan Nabi sulaiman.
Plot diawali dari kematian seorang mahasiswa Indonesia di Ethiopia. Semua percaya bahwa pembunuhnya adalah teman korban sendiri yang juga berasal dari Indonesia. Esa, seorang dosen UPI yang merupakan teman korban menerima paket misterius dari sang pembunuh. Benda berbentuk segitiga itu menyeret sang dosen muda pada petualangan yang tak akan pernah bisa dilupakannya karena ternyata ia berurusan dengan jaringan zionisme internasional.
Lalu Nisa, teman semasa kuliah yang dulu tiba-tiba menghilang. Muncul dengan tiba-tiba juga. Kepulangan Nisa, gadis berjilbab itu ke Indonesia ternyata tidak kebetulan. Semuanya berhunbungan dengan benda misterius yang diterimanya.
Esa berkesempatan datang ke Australia, untuk menerima penghargaan untuk sahabatnya yang terbunuh itu dari Universitas. Hal ini dimanfaatkan untuk menyelidiki kematian temannya, ia bertemu dengan Bayu, saudara kembar Indra yang dituduh membunuh.
Novel ini layaknya sebuah ensiklopedi yang diceritakan dengan bumbu-bumbu fiksi. Banyak sekali fakta-fakta sejarah yang dijelaskan. Kita akan dibawa menjejaki sudut-sudut kota Adis Ababa, Sydney, Maladewa, Eden (Iran) dan Mekah. Saya salut dengan kepiawaian penulis. Walaupun ada beberapa kejadian yang kadang menurut agak “too good too be true”. Tapi foreall tidak terlalu bermasalah menurut saya.
Karakter dalam novel ini sama sekali bukan jagoan seperti Indiana Jones ataupun Robert Langdon, namun justru membuat cerita lebih real menurut saya. Selain itu, juga ada bumbu-bumbu kisah cinta ala Ayat Ayat cinta. Sedikit mengendurkan adrenalin. Tapi mungkin juga akan mengganggu bagi sebagian orang yang benar-benar ingin menikmati Thriller penuh. Tergantung selera sebenarnya.
Ada lima tokoh sentral dalam novel ini, Esa, Nisa, Indra, Rachel. Saya justru sangat tertarik dengan karakter Nisa. Perempuan yang sangat cerdas, ia bisa kabur dari mata-mata Zionis dengan bantuan mobil pizza yang sengaja dipesannya. Tapi saya lihat di goodreads, katanya tokoh ini meninggal di buku kedua (Misteri di Puncak Arafat). Bikin penasaran juga bagaimana meninggalnya.
Endingnya cukup logis menurut saya, terlepas dari bumbu ayat-ayat cintanya. 😀
Oh ya, buku ini merupakan buku pertama dari trilogi Battle for solomon Treasure, saat resensi ini ditulis buku keduanya juga sudah terbit. (saya lagi nyari juga nih).
Sunber gambar : Goodreads