Tag
Kehidupan Leo benar-benar biasa saja (kalau tidak boleh dibilang membosankan). Di usianya yang nyaris 30-an ia masih menempati kontrakan yang sama dengan saat kuliah dulu. Kerja dengan gaji pas-pasan tanpa prospek karir. Jomblo dan kurang bisa bergaul. Hubungan dengan keluarganya pun sudah lama “tidak baik-baik” saja.
Bila kau biarkan dirimu mengikuti arus begitu saja, apa beda dirimu dengan ikan mati?
Kesialan Leo makin lengkap saat ia kehilangan dompetnya, dimana ada kartu-kartu penting di dalamnya. Tepat saat ingin melapor ke polisi, seorang pemuda flamboyan datang dan mengembalikan dompet Leo. Laki-laki tampan itu mengaku bernama Raphael. Dan setelah kejadian itu ia masuk begitu saja dalam kehidupan Leo. Awalnya memang sedikit takut dan ragu, namun Leo yang sudah lama tidak memiliki sahabat, menerima Raphael. Dan sedikit demi sedikit Raphael “mengubah” Leo. Berdua mereka menuliskan daftar sifat-sifat buruk Leo yang harus diubah.
Kebiasaan itu ibarat seutas benang. Setiap kali kita mengulang kebiasaan tersebut, kita menambahkan seutas benang baru di atasbenang yang sudah ada. Hingga lama kelamaan mereka membentuk tali yang kokoh, mengikat kita secara erat.
Meski Raphael sudah begitu akrab dengannya, Leo tetap tak tahu siapa Raphael sebenarnya. Kepadanya Raphael mengaku sebagai malaikat yang diutus Tuhan untuk membantunya. Ucapan itu dianggap gurauan saja oleh Leo.
Berkat Raphael, hidup Leo membaik. Bosnya dikantor mulai menyukainya, ia mulai bisa berteman dan pergi ke gereja.
Lalu tiba-tiba seseorang memberitahu siapa Raphael sebenarnya.
Aneh sekali mengapa manusiabegitusering menghargai sesuatu hanya bila sesuatu itu langka, atau lebih parah lagi, bila sudah tak ada.
Mungkin premis ceritanya keliatan simpel ya? Tapi cerita yang disuguhkan dalam novel ini tetap menarik dan tak biasa. Atau mungkin lebih tepat bila saya menyebutnya sebagai buku motivasi tingkat tinggi. Proses perubahan hidup Leo benar-benar bisa dijadikan pedoman untuk berbenah diri. Dan boleh dong saya berharap akan datang juga seorang teman seperti Raphael :D. Walaupun banyak sekali kutipan Alkitab di buku ini, bukan berarti buku ini bagus untuk pembaca kristen saja. Saya seorang muslim dan buku ini juga sanggup memotivasi saya untuk menjadi lebih baik.
Di awal, memang buku ini agak sedikit membosankan. Ceritanya bergulir seperti saat saya disuruh mengarang kegiatan sehari-hari (maaf). Eh, bukankah memang diceritakan kalau hidup Leo sangat membosankan? 😀 Tapi mungkin lebih lagi kalau penulis lebih jeli lagi untuk menampilkan bab pembuka yang cetar membahana seperti syahrini #eaa. Karena bagaimanapun, pembaca akan dibuat terpikat atau sebaliknya oleh bab awal tadi itu (koq kesannya saya sok tahu banget yak?). Namun lepas dari bab satu, ,cerita bergulir jadi lebih ritmis dan asyik.
Saya suka banget dengan kisah persahabatan Leo dan Raphael. Saya juga suka dengan iklim motivatif yang diciptakan novel ini selama saya membacanya. Covernya yang dominan dengan gradasi biru juga sangat pas. Dan satu bintang lagi unytuk kutipan-kutipannya yang “Luar biasa” :D. So, i rated it 4 star
Rasa sakit itu diberikan sebagai vsinyal agar vkita tahu ada yang salah pada tubuh kita, agar kita vsegera memberikan perhatian pada bagian yang sakit itu, dan segera mengobatinya.
Keterangan Buku :
Judul Buku       : Raphael
Penulis          : Yuki Rustam
Penerbitb        : Gramedia
Tahun terbit      : NOvember, 2012
Format                  : 336 halaman Paperback
Genre                   : Motivasi, religi