“Cinta adalah sesuatu yang berada di luar dimensi manusia. Ia tidak berada dalam rencana-rencana atau cita-cita. Tidak punya ruang dan waktu. Cinta diciptakan dengan dimensi dan logikanya sendiri. Dan cinta diciptakan Tuhan untuk masuk ke alam manusia dengan cara yang tidak mampu kita pahami.”
Bara Sadewa, anak SMA yang mengaku tidak percaya Tuhan, dipaksa kepala sekolahnya untuk mondok dua minggu di pesantren Nurul Ilmi. Ia datang dengan segudang kebencian. Mengira pesantren itu adalah penjara yang lain lagi dalam hidupnya. Tepat saat ia memasuki gerbangpesantren dan mengira telah melakukan kebodohan terbesar dalam hidupnya, ia bertemu Nilam, putri pemilik pesantren yang pendiam dan sangat menjaga etika pergaulannya. Dalam beberapa detik segalanya berubah. Bukan hanya bagi Barra, tapi juga Nilam. Pertemuan mereka hanya sekejap, tapi jejaknya membekas sepanjang usia.
Dalam pertemuan-pertemuan yang sebentar, Barra dan Nilam menyaksikan sulur-sulur nasib mereka saling bertemu dan membelit. Mereka bercakap tanpa suara. Rahasia-rahasia mereka hanya disampaikan melalui pandangan mata.
Bertahun-tahun Barra dan Nilam hanya menuangkan cinta itu dalam surat-surat yang tersimpan. Sampai akhirnya, ketika Barra memutuskan untuk menyatakan segalanya, semua sudah terlambat.
“Aku hanyalah meteor yang terbakar tanpa sisa di atmosfernya. Aku takkan pernah jatuh ke buminya, takkan mungkin menciptakan kawah di jantungnya.”
Keterangan Buku
Penulis : Maya Lestari Gf.
Editor : Irfan Hidayatullah dan Irawati Subrata
Proofreader : Hetty Dimayanti
ISBN : 9786024202989
Penerbit : DAR! Mizan
Tahun terbit : Desember, 2016
Format : 238 halaman Paperback
My Opinion
“Don’t judge a book by it’s cover!”, sepertinya pepatah ini tidak akan pernah berlaku bagi saya :D. Karena dengan gampangnya saya langsung jatuh cinta pada sampul buku ini. Tapi memang covernya manis banget yak, ada gradasi warna pink yang dipadu dengan ilusi kertas perkamen serta wajah perempuan yang anggun. Siapapun pasti setuju dengan saya. Etapi koq malah ngomongin cover yak, poinnya adalah bahwa buku ini sudah berhasil memberi moood positif bahkan sebelum saya membacanya.
Nilam adalah anak bungsu kiyai Syarifuddin Aftar, pemilik Pesantren Nurul Ilmi Padang. Suatu hari pesantren mereka kedatangan seorang anak laki-laki bernama Barra Sadewa. Saat kedatangannya, Barra salah masuk ke asrama putri dan bertemu Nilam. Dari desas-desus yang beredar, Barra sengaja dikirim ke pesantren oleh kepala sekolahnya yang merupakan sahabat ayah Nilam. Barra nyaris dikeluarkan dari sekolah karena selalu membuat masalah. Namun buya (sebutan untuk ayah Nilam) punya penilaian lain tentang Barra. Ia merasa anak ini “istimewa” dan hanya ingin dimengerti.
Pertemuan pertama mereka di halaman pesantren putri itu membekas di hati keduanya. Bahkan sampai bertahun-tahun kemudian berlalu dan mereka tak pernah bertemu lagi. Mereka kemudian saling mencurahkan perasaan mereka melalui surat-surat yang tak pernah dikirim. Tidak ada yang tahu bagaimana perasaan Barra kepada Nilam, begitu juga sebaliknya. Tidak juga Yana, sahabat dekat Nilam yang selalu bersama-sama dengannya.
Apa yang bisa mengalahkan cinta, Yana?
Uang?
Bukan.
Apa?
Prinsip. (h-20)
Saya suka dengan bagaimana kak Maya menyampaikan makna cinta lewat perasaan Nilam dan Barra. Bagaimanapun cinta adalah emosi romantis yang pasti akan muncul saat kita memasuki masa puber. Adanya norma-norma yang membatasi perasaan ini tidak lantas membuatnya menjadi “terlarang”. Tapi batasan tersebut justru menghasilkan cinta yang sejati.
Memang sudah banyak novel yang mengangkat kisah cinta islami berlatar pesantren. Namun kebanyakan di antaranya terjebak pada klise tentang “cinta terkekang” yang kadang-kadang malah disampaikan dengan agak lebay. Novel ini berbeda, Nilam dan dan Barra dideskripsikan dengan realistis. Saya dengan gampang bisa membayangkan sosok Nilam, Barra ataupun tokoh-tokoh lain di novel ini karena memang orang-orang seperti ini bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pesantren Nurul Ilmi yang jadi latar sebagian besar cerita ini juga dideskripsikan dengan detail. Mulai dari halaman asrama yang banyak pepohonannya, kebun mawar yang didedikasikan khusu oleh buya untuk mengenang santri-santrinya, perpustakaan pesantren yang terbuat dari kayu serta mesjid kelas-kelas tempat belajar. Saya bahkan sampai browsing tentang pesantren Nurul Ilmi Lubuk Minturun di google. 😀
Sayangnya, di antara kesempurnaan novel ini. Saya sedikit terganggu dengan blurb di back cover yang bercerita terlalu banyak :D. Walaupun gak sampai spoiler sih, tapi tetap aja kepanjangan menurut saya. Tapi untungnya, narasi yang disampaikan selalu mengalir seperti buku-bukunya yang lain. Banyak kutipan-kutipan manis tapi gak berlebihan. Jadi sejauh apapun blurbnya bercerita, pembaca tak akan bisa berhenti mengikuti paragraf demi paragrafnya.
My Review
Cerita dan Plot : *****
Meskipun tema yang diangkat sudah umum, kak Maya menceritakannya dari sudut pandang yang sama sekali berbeda. Filosofi islaminya disampaikan tanpa kesan menggurui. Alurnya juga pas, tidak bertele-tele tapi juga tidak terburu-buru. Tidak ada logika cerita yang bolong, semuanya masuk akal. 238 halaman sepertinya memang sudah
Karakter dan Perkembangan Karakter : *****
Karakter-karakternya adalah poin paling unggul dalam keseluruhan novel ini. Karakternya dibuat semanusiawi mungkin. Kita bisa menemukan “Nilam”, “Yana” dan bahkan “Bara” dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang membuat saya lekat dengan cerita, karena saya seolah mendengar kisah hidup orang lain, bukannya sedang membaca novel.
Ending : ****
Endingnya juga sesuai dengan yang saya harapkan.
Typo dan Tata bahasa : *****
Tidak ada typo yang terdeteksi mata saya :D.
Cover : *****
Sepertinya tidak perlu dijelaskan lagi kalau saya sangat menyukai covernya yang cantik.
Keseluruhan : 4,6 bintang (Sangat direkomendasikan)
Giveaway Time
Jadi bagaimana, kamu tertarik untuk membaca buku ini juga? Kami sudah menyediakan satu paket hadiah untuk kamu yang beruntung. Paketnya berisi 1 eks Novel Habibie Ya Nour El Ayn + 1 Buah Note book + 1 Pouch cantik. Caranya gampang koq.
- Peserta memiliki alamat pengiriman di Indonesia
- Follow akun twitter @mayalestarigf dan instagram @mayalestarigf
- Follow akun twitter @harovansi dan instagram @harovansi
- Follow blog ini via wordpress, email, linky atau bloglovin.
- Share postingan ini di salah satu medsos teman-teman dengan menyertakan hastag #GAHabibie
- Jawab di kolom komentar dengan format nama, akun twitter/instagram, link share, serta jawaban dari pertanyaan ini :
Sebutkan alasan kenapa kamu ingin membaca novel ini!
Gampang kan syaratnya, yok buruan ikutan. Giveaway berlangsung sampai tanggal 3 maret 2017 dan diumumkan sehari setelahnya melalui postingan ini.
GIVEAWAY WINNER
Sebelumnya maafkan saya atas keterlambatan pengumuman giveaway ini. Beberapa hari ini ada beberapa kendala yang saya alami, sehingga kesulitan untuk update (bahkan untuk sekedar update foto di IG).
Ok, makasih ya untuk semuanya yang udah nyemeptin buat ikutan blogtour ini. Kalau mizan menyediakan 10 buku, saya mau memenangkan semuanya saja :D. Tapi sayang hanya ada satu paket hadiah. Jadi diantara semua jawaban teman-teman saya memilih seorang peserta yang menurut saya jawabannya paling persuasif. Ini dia orangnya,….
Nama : Abdurrahmansyah
Twitter : @Sweetnotsugar
Instagram : @sweetnotsugar1
Selamat ya,… tolong segera kirimkan data diri dan alamat lengkap kamu ke saya via DM twitter/instagram ya. Jangan lupa nanti share bukunya juga ke media sosial kamu, jangan lupa tag aku dan kak Maya.
Untuk yang belum beruntung jangan berkecil hati ya. Tungguin blogtour dan giveaway selanjutnya di “Jurnal si Bugot”. Salaam.
Dini Auliana Putri said:
Nama :Dini Auliana Putri
Twitter/IG :@Dini_Auliana28 / @dini_ap28
Link share : https://twitter.com/Dini_Auliana28/status/836154100970471424
Kesan pertama yang menarik itu karena sampulnya yang enak dipandang membawa aura positif tersendiri. Kalo baca judulnya, selalu tanpa sengaja pake nada kayak lagu gitu. Haha.
Direview diatas juga disebutkan bahwa cerita ini menggunakan latar belakang pesantren. Wah menarik sekali. Pasti didalamnya secara tidak langsung juga kita akan disuguhi oleh kehidupan Islami. Ngomong-ngomong pesantren, aku jadi rindu sama suasana pesantren 1 tahun lalu. *curcol
Aku selalu tertarik dengan novel kak Maya Lestari, novel pertamanya juga yang berjudul Cinta Segala Musim, benar-benar bikin baper. Yah sekiranya itu yang membuatku ingin membaca novel ini. Karena aku yakin novel ini enggak akan mengecewakan seperti bintang yang diberikan oleh kak Gea pada review diatas.
Rohaenah said:
Nama: Rohaenah
Twitter: @rohaenah1
Link share: https://twitter.com/rohaenah1/status/836217189023662081
Jawaban: saya ingin buku ini karena ceritanya unik, saya belum punya nih yg kaya gini. Kehidupan pesantren dengan segala ruang lingkupnya, memang tak lepas dari cerita romance-nya dan justru itu yang jadi tambah asyik untuk dibaca. Masih jarang lho penulis ngangkat tema cerita di pesantren.
Kemarenan pernah ikut giveaway buku kak Maya yang sebelum ini, tapi belum beruntung dapetin hadiahnya. Mudah-mudahan novel Habibie berjodoh dengan saya.
Yang pasti hadiah giveaway itu amazing☺👍
Insan Gumelar Ciptaning Gusti said:
nama: insan gumelar ciptaning gusti
akun twitter: @san_fairydevil
instagram: @callmeinsan
link share: https://twitter.com/san_fairydevil/status/836270657608376321
Sebutkan alasan kenapa kamu ingin membaca novel ini!
Karena aku belum pernah punya buku yang berlatarkan pesantren dan semacamnya. Ntah mungkin karena aku merasa bacaan seperti itu akan terasa berat. Lalu, untuk tema-tema seperti itu biasanya aku hanya menonton lewat televisi. Ya, tahu kan ada beberapa serial tv yg mengangkat kisah cinta anak kota dgn anak pemilik pondok ataupun anak ustad?
Alasan lain aku ingin baca, karena seperti yg sudah-sudah tokoh anak kota selalu kesulitan untuk mendapatkan si anak alim tersebut. Dan yang membuatku penasaran apakah alasannya sama saja seperti apa yang selama ini selalu aku tonton di serial tv?
Kalau kak Gea suka sama covernya, aku juga suka tapi maaf saja, aku agak terganggu dengan wajah yang mungkin itu adalah gambar Nilam. Mungkin karena aku memang tipe orang yg gak suka wajah tokoh dipampang dicover, jadi sulit berimajinasi.
Jadi aku ingin membaca buku ini karena dari penjelasan kak Gea diatas, aku tertarik dengan Barra. Apakah kisah yang kak Gea kasih 4 bintang lebih itu bisa merubah pemikiranku tentang kisah-kisah ala cinta pondok pesantren seperti ini.
Makasih
Abdurrahmansyah said:
Nama : Abdurrahmansyah
Twitter : @Sweetnotsugar
Instagram : @sweetnotsugar1
Link share :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1741162132841733&id=100008438888660
Hal-hal yang membuatku ingin membaca novel ini adalah :
1. Judulnya bikin penasaran. Aku enggak tahu apa arti Habibie ya nour el ayn. Awalnya, aku menduga kalau buku ini adalah biografi dari tokoh presiden indonesia ketiga : B.J Habibie. Setelah membaca blurbnya, baru aku tahu kalau buku ini adalah buku bertema Roman-Islami. Bukan buku biografi seperti tanggapanku.
2. Kedua, blurbnya menarik. Rangkaian katanya entah mengapa membuatku semakin penasaran. Kata-kata yang terangkai benar-benar sempurna. Ada apa sih dengan Barra dan Nilam? Apakah keduanya dapat mengaburkan perasaan masing-masing dalam lingkup kata ‘cinta’ itu sendiri?
3. Covernya unyuu. Pink-pink lembut gitu. Apakah wajah berkerudung itu merupakan gambaran wajah Nilam? Bagaimana dengan gambaran wajah Barra? Semua bikin bertanya-tanya.
4. Penerbitnya. Penerbit mizan adalah satu diantara penerbit mayor yang terkenal di indonesia. Buku-buku yang diterbitkan oleh penerbit ini pastilah bagus dan bermutu. Itulah kiranya pandanganku mengenai buku ini.
4. Meski tema dan setting yang diambil dapat terbilang ‘mainstream’, setelah baca reviewnya, aku yakin kalau cerita dalam bukunya benar-benar ‘anti-mainstream’ dan gak bakal buat nyesel punya bukunya.
Oke, sampai disini aja, semoga beruntung ^_^
Alfathth said:
Nama: Alfath
Twitter: @alfari_12
Link: https://twitter.com/alfari_12/status/836815881267200001
Ingin membaca novel ini karena ada hubungannya dengan pesantren. Rasanya, saya sudah jarang membaca novel bertema ‘pemeluk agama’ yang bersuasan religius. Mungkin dulu ada ayat-ayat cinta yang begitu terasa kultur beragama islamnya di Mesir. Lalu sekarang ada novel ini yang bersetting dan bersuasana pesantren. Pasti kehidupan “beragama islam”-nya khas Indonesia sekali 🙂
Trims 🙂
bookishbrown said:
Nama: Rizki Fitriani
twitter/ig: @Kikii_Rye/ @keeptrianif
link share: https://twitter.com/Kikii_Rye/status/836947646178717696
kisah cinta yg berlatar pesantren. sangat islami dan membuat banyak muslim penasaran. aku sendiri belum pernah membaca buku dg tema spt itu. kalo nonton sih sering:v
cerita cinta islami selalu menarik perhatian ku. enggak cuman bahasan tentang cinta remaja dan hal hal yg biasa terjadi di kisah kebanyakan. justru novel islami memiliki bbrp poin unggul ttg norma dan nilai cinta dlm islam, bagaimana pandangan islam mengenai cinta, batasan batasannya, dsb. setelah buku kak Maya sebelumnya yg sukses buat aku keliling gramed yg berkahir nemu di Tbo, novel dia kali ini juga sukses buat aku keliyengan pengin baca.
penasaran dg kisah cinta dalam lingkup pesantren versi kak Maya.
terlebih memang pesantren tertutup banget sama yg namanya teknologi elektronik macam ponsel, tp tidak menutup kemungkinan banyak yg menyimpan ponsel scr sembunyi2. jauh banget dari dunia maya spt remaja yg kecanduan sosmed. dan disini Barra memilih mengutarakan perasaanya lewat surat. kenp tidak mengutarakannya secara gamblang?
lucu kali ya para santri dan santriwati berkirim surat. sayangnya kenapa antara Barra dan Nilam tidak ada yg tahu perasaan lawannya? apakah surat tsb tidak dikirimkan?
aku tergoda dg review bang Gea, aplg ngelihat jumlah bintang yg abang berikan.. wah.. sedahsyat apakah novel kak Maya kali ini? benar kata bang Gea. novel ini memberi aura positif bahkan sebelm di baca. judulnya aja bikin hati adem dan semriwing. gimana dg alur dan kisah para tokohnya? penasaran dg pesan apa yg ingin kak Maya sampaikan lewat ceritanya kali ini.
fasiiha said:
Nama: Fasiha Fatmawati
Twitter: @fasiiha
Instagram: @fasiiha_
Link share: https://twitter.com/fasiiha/status/837082609725374464
Aku ingin membaca novel ini karena, membaca reviewnya kak Gea aku langsung penasaran. Terutama setelah membaca potongan dialog:
Apa yang bisa mengalahkan cinta, Yana?
Uang?
Bukan.
Apa?
Prinsip. (h-20)
Aku pengen tau bagaimana kak Maya Lestari mengemas kisah tentang cinta yang berprinsip. Apalagi disebutkan kalau penceritaannya realistis.
🙏🙏 kalo jodoh nggak kemana..semoga dpt kesempatan baca buku ini.. 😁
anabahtera said:
Nama: Ana Bahtera
Twitter: @anabahtera
IG: @anabahtera
Link share: https://twitter.com/anabahtera/status/837285784713494529
Jawaban:
Kenapa ingin buku ini?
1. Karena ini karya Maya Lestari Gf, yang pastinya menceritakan tokoh seakan-akan kita menjadi tokoh tersebut, merasakan emosi tokoh yang dibuat olehnya.
2. Karena ingin mencari makna yang terselubung dari Nour El Ain, penasaran akan kata-kata ini.
3. Karena baca sinopsis diatas membuat aku semakin ingin masuk ke dalam buku yang tebalnya 238 halaman itu, ingin merasakan aura pasantren dan lika-liku kehidupan para tokohnya.
semoga beruntung mendapatkannya
Mathar said:
Nama: Ummi Haniefa
Twitter: @fumichanief
Link share: https://twitter.com/fumichanief/status/837311052333395968
Sebutkan alasan kenapa kamu ingin membaca novel ini!
Jawaban:
Karena aku selalu suka menyusuri kisah-kisah cinta islami. Apalagi kalau latarnya di pesantren. Ada perasaan tersendiri rasanya mendengar kisah cinta islami yang berlatar di pesantren. Karena aku menuntut ilmu di madrasah yang memang mirip-mirip pesantren karena sekolah berbasis agama islam, kisah-kisah yang berlatar tersebut selalu menarik perhatian. Menarik perhatian untuk di baca. Dan membaca kisah-kisah islami berlatar di pesantren memang asyik, karena aku justru bisa merasakan menjadi tokoh utama perempuan di cerita tersebut. Kisah cinta islami di pesantren juga selalu berhasil membuatku meleleh, karena mereka cinta karena Allah, bukan karena fisik semata. Selain itu, pertemuan-pertemuan yang terduga ataupun tidak, kisah yang berlatar di pesantren selalu istimewa juga manis. Pengetahuan tambahan tentang agama islam yang disampaikan lewat novel juga menjadi kelebihan suatu kisah yang berlatar di pesantren.
Leny said:
Nama: Leny
Akun twitter: @Lynlainy17
Link share: https://mobile.twitter.com/Lynlainy17/status/837605933379272708
Jawaban: Alasan aku ingin membaca novel ini, karena sejak pertama kali melihat covernya itu sudah membuat aku suka dan jatuh cinta dengan novel ini. Covernya manis sekali. Selain itu aku yakin dalam novel ini banyak mengandung pesan moral, tema yang diangkat dalam novel ini adalah tema yang menarik sekali menurutku, tidak hanya bercerita tentang cinta semata, namun ada tentang keluarga, persahabatan dan kehidupan di pesantren. Selain itu Aku juga suka sekali dengan novel yang mengangkat cerita cinta islami seperti novel Habibie Ya Nour El Ayn ini. Aku juga ingin berkenalan dengan penulisnya lewat novel ini, mengingat aku belum pernah mencicipi karya penulis sebelumnya. Semoga aku berjodoh dengan novel ini.