Tag

,


Blurb

Manusia laci menjelaskan padaku bahwa semua orang melempar kabar dengan menulis di pikiran mereka masing-masing. Mereka yang barbar dan berdarah dingin akan berlomba-lomba menulis dan membaca pikiran orang-orang yang tersebar di seluruh penjuru gelombang pada udara. Mereka melakukannya semata-mata untuk memenuhi kebutuhan pribadi agar merasa ada. — Tezcatlipoca

Sementara api? Dia menjalar, mengelilingi kita, tapi membiarkan orang menyaksikan saat-saat terakhir di tengah kobaran zatnya. Kusen langit-langit rumah berjatuhan, pintu kayu rusak, gorden terbakar, sofa dan karpet seperti daun meranggas, dan semua yang ada di hadapanmu bermetamorfosis. Namun, api tetap tenang di sekitar, tak menyentuhmu hingga kau tak bisa lagi menikmati apa-apa. Tahu-tahu, kau sudah mati. — Rumah Kremasi

***

Kumpulan Cerpen ini berisi sepilihan cerita pendek karya Ayu Welirang dari tahun 2012 hingga 2018 yang dikumpulkan dari berbagai media. Bercerita tentang hidup, mati, dan apa yang tidak pernah benar-benar ada dalam isi kepala manusia. Menjurus pada black comedy, hal-hal tabu, dan kematian yang jarang diperbincangkan.

Keterangan Buku

Judul : Rumah Kremasi, Kumpulan Cerita Pendek

Penulis : Ayu Welirang

Editor : Kalen

Perancang Sampul : Sukutangan

Penata Letak : Kalen

ISBN : 9786025304910

Penerbit : CV. Maneno Books

Tahun terbit : 2018 (cet. 1)

Format : 122 halaman Bookpaper

Harga : Rp. 51.000,-

My Opinion

Berbeda dengan novel atau prosa panjang lainnya, cerpen bisa diselesaikan dalam beberapa menit saja. Biasanya, cerpen hanya mengtengahkan satu konflik dalam sebagian kecil fase hidup tokohnya. Meskipun demikian, cerpen tak selalu “dangkal”. Adakalanya pembaca justru merenung lama setelah membaca fiksi singkat ini. Misalnya saja cerpen-cerpen yang ditulis Ayu Welirang dalam buku ini.

Sebagian besar cerpen yang ditulis Ayu dalam ini bermain-main dalam genre black comedy. Aura surealis sekaligus sarkasme-nya membuat saya “dipaksa” berpikir tentang isu-isu kemanusiaan yang diangkatnya. Saya juga terkesia dengan pilihan kata-kata yang digunakan Ayu, bahkan ada beberapa bagian yang sama sekali asing buat saya.

Ada sepuluh cerita dalam buku ini.

1. Dongeng Mbah.

Bercerita tentang aku dan sepupu-sepupunya yang selalu didongengi oleh Mbah Putri saat pulang kampung di hari raya. Malam itu mbah bercerita tentang legenda perempuan yang meminta tulang babi ngepet.

Cerpen ini menjadi pembuka yang menarik. Saya bisa langsung membayangkan suasana saat mbah putri bercerita. Sederhana, tapi amanatnya sampai. Sebuah twist di ending membuat saya tak sabar membaca kisah berikutnya.

2. Tezcatlipocca

Bercerita tentang “aku” yang dikunjungi oleh pewarta dari masa depan yang keluar lewat laci dari meja riasnya. Mau tak mau saya jadi ingat doraemon 😂. Tapi si manusia laci ini sama sekali tidak lucu seperti doraemon.

Alih-alih dia malah memberi kabar buruk tentang apa yang akan terjadi di abad 22. Mengapa si manusia laci justru mengunjungi “aku”?

3. Migdal Bavel

Merupakan retelling dari pembangunan Migdal Bavel (Menara Babel). Konon, menara tertinggi yang pernah ada di bumi ini merupakan lambang kesombongan manusia.

Seperti sebuah dongeng yang diceritakan oleh kawan lama, Ayu berhasil memberikan warna baru pada kisah kaum Aad ini. Meskipun seluruhnya diceritakan lewat narasi, tanpa dialog satu pun.

“Aku lebih baik dikekang di neraka sana, tapi berhak memiliki diriku sendiri”, ~ (hal. 42)

4. Sembunyi di Tepi Jendela Lantai Dua

Salah satu cerita dengan tingkat surealitas tinggi. Tapi di balik keabsurd-annya terkandung sindiran sosial yang tepat sasaran.

5. Jika Masih Ada Kedai Yang Buka

Bercerita tentang “aku” yang minum kopi sendirian, menunggu kekasih brengseknya yang tak datang-datang sampai jam satu pagi. Di tengah rasa kedal dan malu, “aku” bertemu dengan laki-laki eksentrik yang mengajaknya bercerita tentang kematian. Jati diri si lelaki asing sebenarnya cukup mengejutkan.

“Bagaimana harus menjalani kehidupan untuk menebus dosa di kubangan dosa?” ~ (hal. 72)

6. Dosa Asali

Mengangkat tema yang cukup sensitif tentang konsep dosa turunan. Tapi ide soal siklus kehidupannya sangat menarik dan sekali lagi sindirannya sangat menyentil 😁

7. Sebab Televisi Berbingkai Bangkai

Jujur saya cukup bingung dengan cerpen yang ini. Siapakah “kau” yang dimaksud aku? Apakah seorang selebritis? Tapi yang jelas (lagi-lagi) kritik sosialnya tersampaikan dengan hebat.

8. Rumah Kremasi

Cerpen terpanjang sekaligus menjadi judul buku ini. Bercerita tentang sebuah grup diskusi yang membahas cara-cara paling keren untuk mati. Grup bernama rumah kremasi ini rutin mengadakan pertemuan setiap minggu. Bersama-sama mereka menertawakan “kematian”. Ada twist juga di endingnya 😆

“Manusia memang seperti B, tapi jangan sekali-sekali pakai kata B kalau dianggap B saja masih marah”, ~ (hal. 104)

9. Seperti B, Tidak ada B

Bercerita tentang dewan hewan dari dimensi lain yang tak terima namanya digunakan sebagai makian oleh manusia. Suatu hari, hewan dengan nama yang mengandung huruf B melakukan balas dendam pada manusia yang seenaknya saja mencatut namanya.

Balas dendam yang kejam dan gore ini berhasil membuat kata B hilang dari kamus permakian manusia 😁. Cerita yang paling bikin ngakak, meski bikin merinding juga. Tapi, lagi-lagi amanatnya tersampaikan dengan jelas.

10. Amy

Cerita paling realistis dalam antologi ini. Sekaligus penutup yang manis setelah sembilan cerita sebelumnya penuh dengan kritik sosial yang kentara.

Bercerita tentang pelukis sketsa yang bertemu dengan gadis buta di sebuah taman. Sang gadis berhasil memberikan inspirasi pada pelukis itu. Bisakah mereka bertemu kembali?

My Review

Meskipun bebas mulai membaca dari mana saja. Tapi saya termasuk pembaca konvensional yang selalu membaca dari awal. Termasuk untuk kumpulan cerpen. Karena itu proses kurasi cerpen itu sangat penting bagi saya. Jika menemukan satu kisah yang tidak menarik, saya bisa menghentikan membaca, lalu mulai lagi kapan-kapan.

Antologi karya Ayu Welirang ini disusun dengan tepat. Cerita pembukanya cukup cetar, lalu cerita-cerita berikutnya berhasil mempetahankan ritme membaca saya. Kemudian sampai di cerita terakhir yang berkesan 😆

Seperti halnya buku kumpulan cerpen, ada beberapa yang saya favoritkan, tapi tak ada yang tak saya suka. Semuanya menarik. Buku ini berhasil menjadi selingan yang menyenangkan setelah beberapa minggu ini bacaan saya didominasi oleh kisah-kisah romansa 😁. Sangat direkomendasikan.

Oh iya, lupa! Desain sampul yang dibikin oleh Sukutangan ini kece banget 😍😍

Buku ini saya ganjar dengan rating 3,75 🌟