Blurb
Ning tak hendak menjeput kematian. Ia hanya ingin membuka misteri atas lenyapnya Bidadari Ayuni, adik kembarnya yang pergi ke Jakarta hendak menjemput rezeki. Ayuni bekerja di rumah seorang nyonya kaya demi memenuhi mimpi Ibu menatap tanah sucu.
Mestinya memberi kabar bukan sesuatu yang sulit. Tapi detik ia pergi, seolah tabir gelap membungkus sempurna keberadaannya.
Ning cemas. Berbekal info seadanya, ia nekat menyusul. Di tempat yang sama—rumah di mana Bidadari Ayuni pernah bekerja, Ning justru terjebak antara keinginan untuk menelusuri jejak lenyapnya sang adik dan kejahatan yang bisa mengancam jiwa.
Akankah pertemuan dengan Iman Arif, lelaki yang selalu memandangnya dengan tatapan dalam yang mengandung kesedihan, menyumbang titik terang?
Ning harus betul-betul mengukur keberanian. Sebab, ia tak cuma berhadapan dengan nyonya rumah, tapi dengan kekuasaan yang maha besar.
Keterangan Buku
Judul : Bidadari Berbisik
Penulis : Asma Nadia
Editor : Andriyati dan TheNita
Penyelaras Aksara : Sein Arlo
Tata Letak : Wisnu Wardhana
Desainer Sampul : Resoluzy
ISBN : 9786237458494
Penerbit : Republika
Tahun terbit : Februari 2020 (cet. 1)
Format : vii + 301 halaman Bookpaper
Harga : Rp. 78.000,-
My Review
“Saat Allah menumbuhkan benih jabang bayi dalam perut perempuan, yang berdenyut, hidup, dan tumbuhn Sejak itu pula, ruh sang ibu telah terbagi dalam jiwa-jiwa yang dilahirkan”, ~ (halm 10)
Konon katanya, sepasang saudara kembar dianugerahi ikatan batin yang lebih kuat dibanding saudara lainnya. Jika yang satu sakit, yang lainnya merasakan hal yang sama. Kalau yang satu berada dalam bahaya, yang satunya juga merasakan kegelisahan yang sama.
Ning dan Ayuni adalah sepasang kembar identik yang hanya berjarak beberapa menit. Meski tak terlalu serupa, tapi wajah mereka sangat mirip. Ning dan Ayuni selalu kompak satu sama lain, apalagi sejak peristiwa yang menewaskan ayah dan kakak laki-laki mereka.
Sebagai kakak (walaupun menurut medis, kembar yang lahir belakangan yang sebenarnya adalah kakak), Ning telah berkorban banyak hal. Ia mengambil tanggaung jawab sebagai tulang punggung keluarga untuk ibu dan adiknya. Ayuni juga sangat menyadari pengorbanan sang kakak. Karena itu, begitu ada tawaran untuk bekerja sebagai pengasuh di Jakarta, Ayuni langsung menerimanya. Ia ingin membuat ibunya bahagia dan meringankan beban kakaknya.
Sebenarnya saya sedang membaca buku lain saat novel ini datang. Niatnya cuma mau liat-liat dikit isinya, lalu baca belakangan. Gak tahunya malah keterusan ๐. Sejak paragraf pertama, saya sudah dibuat penasaran oleh kisah si kembar Bidadari ini. Apalagi di kata pengantarnya, saya tahu bahwa novel ini juga berkesan banget bagi mbak Asma Nadia. Selain terinspirasi dari kisah nyata, novel Bisikan Bidadari ini pernah memenangkan penghargaan dari Mastera tahun 2005.
Sayangnya masa depan yang diimpikan Ayuni tak pernah terjadi. Yang ada ia justru akan berpisah selamanya dengan keluarganya. ๐ญ๐ญ๐ญ
“Selamanya kita berbagi jiwa. Kamu dalam jiwaku, dan aku dalam jiwamu”, ~ (hal. 27)
Seperti karya-karya beliau sebelumnya, plot “Bidadari Berbisik” juga sangat rapi dan ritmis. Mbak Asma mengenalkan tokoh-tokohnya dengan mendetail dan dramatis. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil si tokoh di kemudian hari terasa masuk akal. Motivasi-motivasi tokonya jelas. Seperti mengapa Ayuni bersikeras ingin kerja di Jakarta, atau kenapa Nyonya Lili bisa sekejam itu, atau mengapa Iman Arif sangat peduli dengan kematian Ayuni?
Diksi yang digunakan Mbak Asma juga tak perlu diragukan lagi. Beberapa kali saya harus bergidik dan menarik napas karena ikut terbawa dengan ceritanya. Gimana ya jelasinnya ๐, tapi narasi Mbak Asma itu ngena banget. Padahal seringkali bahasa yang dia gunakan itu to the point, tanpa perlu bertele-tele.
Bagian paling menegangkannya tentu saja saat klimaks menjelang akhir. Aduh, saya benar-benar ikut merasakan ketakutan Ning. Tadinya di awal keberadaan Ning di rumah Nyonya Lili seperti terlalu ‘kebetulan’, jadi saya menebak kalau ada ‘konspirasi’ di dalamnya ๐. Ternyaya saya benar sekaligus salah ๐. Plot twist juga deh pokoknya. Yang pasti saya senang sekali karena Mbak Asma Nadis kembali menulis novel dengan sentuhan thriller seperti ini. Terakhir kali saya baca karya beliau dengan genre thriller itu Pedantren Impian, yang merupakan novel favorit saya. Tapi saya agak keceea dengan versi filmnya ๐ญ, karena melenceng banget dari cerita di novel. Semoga kalau cerita ini difilmkan juga gak terlalu dimodif ya mbak. Hehe
Sebenarnya, cerita di novel ini rawan banget menjadi stereotip pada etnis tertentu. Tapi hal ini telah dipikirkam oleh mbak Asma sebelumnya. Jadinya, lewat percakapan beberapa tokohnya, berulang-ulang disebutkan bahwa tidak semua kelompok A begitu. Satu hal lagi yang menjadi nilai plus novel ini.
Mbak Asma juga coba menjelaskan tentang fenomena supranatural (seperti hantu) yang sesuai dengan aqidah. Penting banget sih ini menurutku supaya kita gak salah kaprah mengartikan kemunculan mereka.
Yang agak kusayangkan cuma blurb di belakang buku yang bercerita “terlalu banyak”. Menurutku kalau beberapa hal disimpan sebagai kejutan yang baru kita tahu setelah baca akan lebih menarik.
My Rating : 4/5 ๐
Teror Meter : 3.5/5 ๐ป
