• Buku Saya
  • Tentang si Bugot
  • Tukeran Link/Banner

Jurnal si Bugot

Jurnal si Bugot

Tag Archives: fantasy

[Review] Bad Magic

30 Senin Jul 2018

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

Bad magic, Elex media komputindo, fantasy, midle grade, Novel fantasi, Pseudonymous bosch, review


IMG_20180723_114536-01

“Kata-kata buruk itu buruk karena mereka bikin orang-orang merasa buruk.”, ~ (hal.4)

Blurb

Sihir itu BURUK.

Palsu. Nggak nyata. Setidaknya, begitulah menurut Clay, yang pernah melihat satu pertunjukan sulap.

Ketika kata-kata dari jurnalnya muncul secara misterius di dinding sekolahnya sebagai grafiti, dia nggak pernah membayangkan bahwa sihir itu bisa disalahkan. Kemudian kasus grafiti yang sama mendaratkannya di Peternakan Bumi, sebuah perkemahan untuk anak-anak “bermasalah” di sebuah pulau vulkanik terpencil, sihir adalah hal terakhir yang dia harapkan bisa ditemukan di sana.

Tapi di Peternakan Bumi, ada kejutan aneh satu demi satu, sampai Clay nggak tahu lagi apa yang akan terjadi. Apakah dia benar-benar berbicara dengan seorang llama? Apakah dia benar-benar melihat hantu? Apa rahasia menyeramkan yang tersembunyi di perpustakaan yang ditinggalkan? Satu-satunya yang dia tahu pasti adalah bahwa di balik sebuah vog (kabut vulkanik), nggak ada yang seperti itu. Kira-kira, bisa nggak dia memecahkan teka-teki Peternakan Bumi sebelum permasalahannya meletus?

Keterangan Buku

IMG_20180723_115927-01Judul                      : Bad Magic (Bad #1)

Penulis                   : Pseudonymous Bosch

Penerjemah          : Ine Milasari Hidajat

Editor                     :  Dion Rahman

Penata Lay out      : Raihan Rizky

ISBN                       : 9786020455808

Penerbit                : Elex Media Komputindo

Tahun terbit           : 2018

Format                   : 361 halaman Paperback

My Review

Perkemahan, sulap, pulau terpencil, Shakespeare, gadis hantu serta perpustakaan terlarang. Buku ini benar-benar luar biasa dan jauh berada di atas ekspektasiku.

Cerita diawali dengan sebuah graffity di dinding sekolah bertuliskan MAGIC SUCKS!!! Semua orang tahu itu adalah buatan Clay. Walaupun Clay merasa tak pernah menggambarnya di dinding, tapi graffity itu sama persis dengan apa yang ia tuliskan di jurnal miliknya. Clay diskors dan harus menjalani hukuman. Lalu secara kebetulan, ada surat undangan baginya ke PERKEMAHAN BUMI bagi anak-anak “bermasalah”.

Orang tua Clay yang eksentrik mengirim Clay ke sana sebagai hukumannya. Dan di sanalah petualangan Clay dimulai. Bertemu teman-teman baru yang juga “bermasalah”. Ada Jonah yang suka berjalan dalam tidur, Leira yang klepto, Pablo yang menganut paham Anarkisme, serta Kwan yang menjadi bandar judi di sekolahnya 😂. Serta jangan lupa The Bad Guy-nya, Flint yang terobsesi dengan api.

Aku ngakak terus selama membaca buku ini, (walau pas menjelang ending aku ikut nyesek juga 😣. Aku tahu bagaimana perasaan Clay saat itu). Tapi Pseudonymous Bosch ini (atau siapapun nama aslinya) benar-benar seorang pencerita jenaka. Membaca tulisannya seperti mendengar erita dari seorang teman yang pembual dan besar mulut, tapi kalian selalu merindukan ceritanya 😀.

Aku langsung menyukai buku ini sejak kalimat pertama. Si Bosch ini (mulai sekarang kita sebut saja nama penulisnya dengan sebutan ini, biar gak rempong) seolah benar-benar mengenal Clay dan kakaknya. Aku penasaran, apakah di buku selanjutnya ia akan terlibat langsung dalam cerita? Kita tunggu saja 😆.

Hal menarik lainnya dari novel ini adalah catatan kaki yang bertebarang di banyak halaman. Isinya random, mulai dari penjelasan istilah-istilah hingga (kebanyakan) berupa “excuse” dari penulisnya 😂. Footnote ini juga ditulis dengan cuek yang malah terkesan jenaka.

Credite juga untuk penerjemah dan editor versi terjemahannya. Penulisnya, meski menggunakan kalimat-kalimat sederhana, tapi (kuduga) suka menggunakan padanan kata yang kurang lazim. Dan permainan kata-kata ini juga merupakan keunggulan tulisannya. Penerjemah dan editor harus berjuang keras agar “kekhasan” gaya penulisannya tetap terlihat dalam versi terjemahan. Dan aku merasa versi terjemahan elexmedia ini sudah sangat baik.

Plotnya cukup berlapis, seperti cerita dalam cerita, tapi masih cukup ringan bagi pembaca berusia middle grade. Endingnya juga dieksekusi dengan baik. Khas buku berserie, “selesai” tapi juga menyisakan rasa penasaran untuk buku berikutnya. Untung, buku ke-2 juga sudah di tangan. Jadi bisa langsung lanjut deh 😆.

Anyway, buku ini sangat direkomendasikan buat siapa saja, baik penggemar buku-buku middle grade atau bukan. 4,5 🌟

Review Golden Son

31 Rabu Jan 2018

Posted by bugot in review

≈ 2 Komentar

Tag

dystopia, fantasy, golden son, gramedia, pierce brown, red rising, review, review golden son


27356062_10212774914220952_8064258277725062828_o

“Tidak penting sebagus apapun mereka mengemasnya. Kita masih terlibat dalam permainan. Kita akan selalu berada dalam pusaran permainan brengsek ini.” (Hal.250)

Blurb

Selama tujuh ratus tahun, rakyatku diperbudak tanpa suara, tanpa harapan. Sekarang aku adalah pedang mereka. Dan aku tidak memberi ampun. Aku tidak lupa. Jadi biar saja mereka berpikir aku milik mereka. Biar saja mereka menyambutku ke dalam rumah mereka, supaya aku bisa membakarnya hingga rata dengan tanah. Darrow, seorang Merah dan penambang di bawah permukaan Mars, kini adalah pemberontak yang ditempa dari tragedi. Setelah menyadari kaumnya dibohongi dan dieksploitasi selama beberapa generasi oleh orang-orang yang menyebut diri mereka kaum Emas, ia pun bersumpah untuk membalas dendam. Dibantu kelompok pemberontak misterius, Darrow menyamar sebagai Emas dan menyusup ke dunia elite itu.

Sekarang, setelah lulus dari sekolah komando Emas dan memantapkan posisinya di tengah para musuh, ia pun melanjutkan misi rahasia untuk menghancurkan mereka dari dalam. Namun, memulai dan memenangkan peperangan yang akan mengubah takdir umat manusia menuntut harga yang sangat mahal. Dan Darrow terlambat menyadari bahwa permainan berbahaya ini jauh lebih mematikan daripada yang ia bayangkan.

Keterangan Buku

Golden SonRating : *****

Judul : Golden Son – Putra Emas (Red Rising #2)

Penulis : Pierce Brown

Penerjemah : Shandy Tan

Editor : Nadya Andwiani & Lingliana

ISBN : 9786020346311

Penerbit Edisi Terjemahan : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : Desember, 2017

Format : 520 halaman Paperback

My Review

“Dalam badai yang berkecamuk, jangan mengikat dua perahu menjadi satu, karena perahu-perahu itu akan menarik satu sama lain hingga keduanya sama-sama tenggelam.” – (hal.459)

Udah selesai baca buku ini beberapa hari yang lalu. Tapi masih menata hati karena endingnya. Bukan ending saja sebenarnya, tapi di sekuel kali benar-benat full action sejak bab awal. Kebohongan demi kebohongan, pengkhianatan, kejatuhan dan perebutan kekuasaan menjadi bagian utama dalam novel ini. Romance di buku ini mulai berkembang dan langsung jadi rumit 😂. Tapi gak mendominasi, kadarnya paslah.

Buku ke-2 ini punya pace yang lebih cepat dari buku pertamanya. Adrenalin kita sudah dipompa sejak awal. Tapi pada bagian-bagian tertentu, aku juga ikut emosional. Di sekuel ini kita juga lebih bisa menyelami latar belakang dan pemikiran para penjahat-nya. Dan walaupun twist tentang jati diri Ares cukup mengejutkanku, apa yang terjadi kemudian membuat kejutan ini jadi tak ada apa-apanya. Tuan Brown benar-benar tidak memberiku waktu untuk menarik nafas saat membaca buku ini.

Selain world building yang sempurna – pertarungan di luar angkasa, senjata berupa slingbade yang bisa berubah bentuk sesuai keinginan, bulan dan planet-planet yang dipadati penduduk, mahluk hidup hasil rekayasa genetis – storyline-nya juga tampil tanpa cacat. Untuk kisah sekompleks dan serumit ini, aku gak nemu plothole sama sekali. Apalagi plot twistnya yang muncul tak terduga. Kalau difilmkan entah akan jadi seepik apa nantinya.

“Bukan kemenangan yang membuat kita menjadi pria sejati, melainkan kekalahan. Kaukira leluhur kita tidak pernah kalah? Kau tidak perlu kesal dan merajuk tentang semua ini, dan bersikap seperti tokoh Yunani zaman dulu. Lupakan masalah harga diri. Ini hanya permainan.” — (hal. 34)

Dan endingnya benar-benar “kurang ajar”. Aku benar-benar tak sabaran untuk menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Boleh tidak aku nodong gramed untuk segera menerbitkan terjemahan Morning Star? Please jangan lama-lama.

Review : Red Rising

30 Selasa Jan 2018

Posted by bugot in review

≈ 2 Komentar

Tag

dystopia, fantasy, gramedia, pierce brown, red rising, review


27332052_10212774913940945_6149561881325446240_n

“Tidak ada pihak yang tidak berdosa dalam permainan ini.” — halaman 188.

Blurb

Patahkan belenggunya. Hiduplah untuk tujuan yang lebih berarti.

Bumi sudah sekarat. Darrow seorang Merah, penambang di bawah permukaan Mars. Misinya adalah mengumpulkan elemen-elemen berharga yang kelak akan dimanfaatkan untuk menjinakkan permukaan Mars dan memungkinkan manusia hidup di sana. Kaum Merah adalah harapan terakhir umat manusia.

Itulah yang mereka yakini, sampai Darrow menyadari semua itu kebohongan besar. Mars sudah layak huni—dan sudah dihuni—selama ratusan tahun, oleh orang-orang yang menyebut diri mereka kaum Emas. Mereka adalah golongan yang menganggap Darrow dan kaumnya hanyalah budak remeh yang bisa dieksploitasi dan disingkirkan tanpa ragu

Keterangan Buku
redrising

Rating : *****

Judul : Red Rising – Kebangkitan Merah (Red Rising #1)

Penulis : Pierce Brown

Penerjemah : Shandy Tan

Editor : Nadya Andwiani & Lingliana

ISBN : 9786020332222

Penerbit Edisi Terjemahan : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2017

Format : 440 halaman Ebook (Gramedia Digital Version)

My Review

Di masa depan, keadaan bumi sudah sangat sekarat. Karena itu orang-orang mulai melakukan ekspansi ke bulan dan planet-planet lain.

Darrow adalah golongan merah, sang penambang. Golongan merah adalah “pahlawan” yang menambang mineral berharga di bawah tanah planet mars. Mineral itu sangat penting untuk membangun permukaan mars menjadi layak huni. Selama ratusan tahun, golongan merah mempercayai hal itu. Sampai sebuah tragedi menimpa Darrow.

Mars ternyata sudah bisa dihuni, bahkan sudah sama seperti bumi. Selama ratusan tahun Darrow dan rakyatnya telah dibohongi. Mereka dipaksa menambang di perut mars, sementara hasilnya dinikmati golongan lain. Berkat bantuan dari para pemberontak dan seorang “pemahat rupa”, Darrow menyamar menjadi bagian dari golongan emas yang menguasai society. Ia masuk ke sekolah elite yang mencetak emas-emas tangguh.

Tapi bukan hanya Darrow yang punya agenda rahasia. Apakah penyamarannya akan terbongkar?
—-
Buku ini kubaca di scoop bulan Desember, dan langsung jadi favoritku. Akhirnya nemu juga novel dystopia yang “cowok banget”. Penggambaran penulis benar-benar detail dan deskripsi tentang kehidupan Mars-nya benar-benar keren.

Di awal alurnya memang agak lamban, tapi begitu penyamaran Darrow dimulai, kita bahkan tak sempat menarik nafas. Seperti janji endorsement di sampulnya, novel ini mempunyai semua keseruan yang ada dalam Game of Thrones dan Hunger Games (versi maskulin :D). Endingnya juga badass menurutku. Konflik di buku pertama selesai, tapi cerita sesungguhnya dari saga ini baru saja dimulai. Novel keduanya, “Golden Son” juga sudah diterbitkan oleh Gramedia.

Review : Selestia dan Penjara Teka-Teki

13 Jumat Jan 2017

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

children book, fantasy, midle grade, review, selestia dan penjara teka-teki


seles

Blurb :

“Jadi siapa yang bikin jajanan-jajanan ini?” tanya Selestia penasaran.

“Namanya Nenek Gayatri. Beliau tinggal di Hutan Janariya, yang ada di sebelah selatan desa,” jawab Raka.

“Iya. Nagasari, Onde-onde, Semar Mendem, Gemblong, Lupis, semuanya yang bikin Nenek Gayatri,” imbuh Herman bersemangat.

“Wah, kalau begitu karyawannya banyak dong. Bisa bikin berbagai macam jenis jajanan setiap harinya,” tukas Seles.

“Ndak kok, non. Nenek Gayatri Ndak punya pembantu sama sekali. Saya Ndak pernah lihat,” jelas Pak Lik Sarlito.

Selestia yang sedang berlibur ke rumah sepupunya, Raka, merasa ada yang aneh. Akhirnya Seles, Raka, Herman, Mutun, dan Nori berangkat ke Hutan Janariya untuk menemui Nenek Gayatri, sang pembuat kue andal.

Sesampainya di Hutan Janariya, Nenek Gayatri tidak terlihat. Tetapi mereka menemukan ada sebuah ruangan di bawah tanah yang menyerupai dapur dan tercium wangi makanan lezat dari sana. Di ruangan itu ada makhluk aneh menyerupai manusia yang sedang bekerja. Siapakah mereka? Ruang apakah itu? Apa Nenek Gayatri ada di sana? Apakah mereka bisa kembali ke rumah? Baca cerita lengkapnya hanya di Selestia dan Penjara Teka-Teki!

Keterangan Buku :

selestia

Penulis                  : Yozar Firdaus Amrullah

Editor                     :  Nadia Mardatilla Arif

ISBN                       : 9786027652828

Penerbit                : Buah Hati Books

Tahun terbit           : 2015

Format                   : 254 halaman Paperback

My Opinion

Melihat cover novel ini, saya langsung teringat pada novel-novel middle grade yang pernah saya baca saban tahun. Meski sudah berumur seperti ini, membaca children literature tetap merupakan hal yang menyenangkan bagi saya. Ketika membaca buku-buku sejenis ini, saya tidak perlu memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi tentang plot ataupun gaya bercerita. Karena saat membacanya, saya cukup menempatkan diri sebagai anak-anak juga :D. Kerinduan saya akan bacaan-bacaan seperti ini bisa terobati dengan membaca novel ini.

Garis besar ceritanya cukup sederhana sebenarnya. Mengingatkan kita kembali pada kenangan saat di sekolah tentang liburan di rumah nenek di desa. Bedanya, di novel ini Selestia berliburnya di rumah tante. Tetap ada nenek-nenek baik hati kok di novel ini :).

Selestia adalah seorang anak perempuan kelas tujuh yang sangat suka dengan teka-teki. Dia bahkan langganan majalah anak-anak yang memuat rubrik teka-teki. Biasanya ia dibantu oleh pembantu keluarga mereka yang sudah sangat akrab dengan Seles, Mbak Ratri. Orang tua Selestia keduanya sibuk bekerja. Tapi bukan berarti Selestia kurang kasih sayang. Meskipun sibuk, papa dan mamanya selalu punya waktu untuk Selestia. Tapi sayang, saat liburan ini kedua orang tuanya tidak bisa menepati janji mereka untuk mengajak Selestia berlibur. Sebagai gantinya mamanya menganjurkan Seles untuk liburan di rumah tante Suryani di desa. Kebetulan tante Suryani juga memiliki anak seusia Seles, yaitu Raka.

Di kampung Raka ini ada seorang nenek-nenek pembuat jajanan tradisional yang sangat enak. Tiap hari nenek ini membuat beraneka jajanan tradisional yang sangat banyak. Anehnya nenek Gayatri ini tinggal sendiri di tengah hutan dan tidak memiliki pegawai. Secara logika tidak mungkin dia bisa membuat jajajan sebanyak itu tanpa bantuan orang lain. Karena itu Selestia, Raka dan tiga orang teman-temannya -Herman, Mutun dan Nori- berkunjung ke rumah nenek Gayatri untuk melihat-lihat. Tanpa sengaja mereka menemukan rahasia nenek Gayatri. Rahasia yang melibatkan “mahluk lain” yang tinggal di bawah tanah. Mereka di sebut Ningrat Biru.

Ningrat biru ini sangat mirip dengan manusia, tapi mereka memiliki telinga yang ujungnya melancip (seperti elf) dan kedua bola matanya berwarna biru. Ternyata selama ini nenek Gayatri dibantu oleh bangsa Ningrat Biru yang memiliki resep rahasia membuat jajanan tradisional. Karena sudah menemukan rahasia mereka, Selestia dan teman-temannya harus mengikuti serangkaian test jika ingin kembali ke dunia manusia. Disinilah cerita petualangan yang seru itu dimulai.

Novel ini penuh dengan nilai-nilai moral yang sangat cocok dibaca anak-anak. Ceritanya mengalir dan tidak bertele-tele. Bagi yang pernah tinggal di desa, keseharian Raka dan teman-temannya bisa menjadi ajang nostalgia. Bagi yang belum pernah bisa ikut membayangkannya :D. Penulis juga menggabungkan unsur-unsur modern dan tradisional dalam novelnya. Seperti Mutun, salah satu sahabat Raka yang suka bermain game di gadgetnya.

Teka-teki yang menjadi bagian penting dalam cerita novel ini juga cukup sulit dijawab, tapi masih mungkin untuk ditebak. Dan saya senang karena tidak ada pacaran-pacarannya disini. (Kalau di sinetron Indonesia pasti anak kelas tujuh ini sudah ngomong cinta-cibtaan :D). Memang sih ada beberapa bagian yang menunjukkan rasa ketertarikan terhadap lawan jenis. Tapi digambarkan dengan polos sesuai dengan pembaca middle grade.

Secara keseluruhan, saya sangat menyukai novel ini. Sepertinya penulis dan penerbit sudah mempertimbangkan desain dan set novelnya untuk pembaca middle grade. Seperti fontnya yang cukup besar, beberapa ilustrasi yang diselipkan dalam cerita dan covernya yang menggambarkan anak-anak di depannya. Dari covernya kita sudah tahu karakter masing-masing tokoh dan siapa yang berperan sebagai lead :). Sepertinya saya harus lebih banyak membaca buku-buku seperti ini.

My Review :

  • Cerita dan Plot : ****
  • Karakter dan perkembangan karakter : ****
  • Twist : ***
  • Ending : ****
  • Cover : ****
  • Keseluruhan : 3,8 bintang (Recommended)

An Ember In The Ashes (Blogtour & Giveaway) + Pemenang Giveaway

19 Senin Des 2016

Posted by bugot in giveaway

≈ 60 Komentar

Tag

an ember in the ashes, blogtour, fantasy, giveaway, opini, review


Kau adalah bara di tengah abu, Elias Venturius. Kau akan menyala dan membakar, merusak dan menghancurkan. Kau tak bisa mengubahnya. Kau tak bisa menghentikannya. (h-80)

ember

Blurb

Laia seorang budak, Elias seorang prajurit. Keduanya bukan orang merdeka. Saat kakak laki-laki Laia ditahan dengan tuduhan pemberontakan, Laia harus mengambil keputusan. Dia rela menjadi mata-mata Komandan Blackliff, kepala sekolah militer terbaik di imperium, demi untuk mendapatrkan batuan untuk membebaskan kakaknya. Disana dia bertemu dengan seorang prajurit elite bernama Elias.

Elias membenci militer dan ibunya, Sang komandan yang brutal. Pemuda ini berencana melarikan diri dari Blackliff, menanggung risiko dicambuk sampai mati jika ketahuan. Dia hanya ingin bebas.

Elias dan Laia. Keduanya akan segera menyadari bahwa nasib merekan akan saling silang, dan keputusan-keputusan mereka akan menentukan nasib Imperium, dan bangsa mereka.

Keterangan buku

ember2Penulis                  : Sabaa Tahir

Penerjemah          :  Yudith Listiandri

Editor                     :  Mery Riansyah

ISBN                       : 9786027432284

Penerbit                : Penerbit Spring

Tahun terbit           : November, 2016

Format                   : 518 halaman Paperback

My Opinion

Saat pertama melihat An Ember In The Ashes, saya berpikir kalau ini adalah sebuah epik sejarah. Konflik dan penggambaran latarnya sangat mirip dengan situasi Yunani kuno. Tapi belakangan saya mengetahui, bahwa penulis memang terinspirasi dari peradaban yang pernah berjaya tersebut. Tapi An Ember In The Ashes adalah murni sebuah novel high fantasy dengan detail yang konkrit. Sabaa Tahir menciptakan universe baru yang terdiri dari beberapa bangsa besar : Martial, Scholar, Tribe dan lainnya. Martial, Scholar dan Tribe berada dalam sebuah negara kesatuan bernama Imperium yang dipimpin bangsa Martial.

Konflik besar yang terjadi dalam serial ini didasari oleh pemerintahan Imperium yang tiran. Bangsa Scholar sebagai bangsa terjajah mendapatkan hak paling rendah. Mereka bahkan kesulitan untuk mendapatkan pendidikan. Biasanya bangsa Scholar hanya mendapat pekerjaan rendahan seperti membuat selai atau berdagang di pasar kecil. Banyak yang nasibnya lebih tragis dan berakhir sebagai budak. Bangsa Tribe nasibnya lebih baik, karena adanya perjanjian sebelum peperangan dengan tetua kaum Martial.

Laia adalah seorang Scholar yang merdeka awalnya. Ia hidup tenang bersama Nan, Pop dan kakaknya di desa. Sampai pada suatu hari, prajurit mask dari pemerintahan Imperium merenggut semuanya dari Laia. Nan dan Pop meninggal. Sedangkan Darin, kakaknya ditangkap. Demi menyelamatkan Darin, Laia menjual kemerdekaannya. Ia rela menjadi budak untuk menyamarkan identitasnya sebagai mata-mata bagi Renaisance, para pemberontak.

Kau akan membakar, karena kau adalah bara di tengah abu. Itulah takdirmu… (h-466)

Elias, walaupun terlahir sebagai keturunan klan paling berpengaruh di Martial tidak memiliki nasib lebih baik. Masa kecilnya direnggut untuk dilatih menjadi prajurit mask di Blackliff. Calon prajurit ini mendapat perlakuaan yang bahkan lebih menyedihkan dari para budak di sekolah tersebut. Mereka dilatih sejak kecil untuk menjadi “anjing penjaga” tak berperasaan yang melindungi kejayaan imperium. Yang paling membuat saya bergidik adalah kewajiban para prajurit mask untuk menggunakan topeng (mask) yang perlahan-lahan akan menyatu dengan kulit wajah mereka. Sehingga tidak bisa dilepas lagi. Elias berbeda, topeng itu tak pernah benar-benar menyatu secara sempurna dengan wajahnya.

…Kau punya jiwa. Jiwa itu rusak, tapi tetap ada. Jangan biarkan mereka mengambilnya darimu, Elias. (h-436)

Dalam novel setebal 516 halaman ini kita akan dibawa untuk mengikuti perjalanan Laia dan Elias. Bagaimana menegangkannya menjadi Laia yang harus memata-matai wanita paling kejam seimperium yang mendapat kenikmatan dari menyiksa orang. Saya sempat kesal dengan karakter Laia ini, karena sebagai heroine utama ia terlalu pengecut. Namun semuanya menjadi masuk akal, karakter Laia dibuat sangat manusiawi. Pada akhirnya Laia menunjukkan ketangguhannya sebagai seorang pemberontak.

Membaca novel ini tidak pernah membosankan. Alurnya cepat, dan penulis sangat pintar untuk menyisipkan twist-twist di tengah adegan. Saya tak pernah berharap akan ada kejutan-kejutan saat mengikuti kisah Elias dan Laia. Karena jujur, bab per babnya sudah menawarkan adegan yang cukup menyita perhatian. Tapi tetap saja (selau ada) kenyataan mengejutkan yang saya temukan secara simultan. Tentang sejarah Scholar, tentang orang tua Laia serta mahluk-mahluk mistis yang selama ini hanya dianggap sebagai dongeng. Namun kenyataannya berpengaruh pada negara Imperium.

Tapi tenang saja, meskipun dominan tentang perang. Tetap ada romancenya koq. Kisah cintanya bahkan juga memiliki peran penting dalam keseluruhan cerita ini. Pasti teman-teman sudah bisa menebak kemana arahnya hubungan Laia dan Elias kan? Tapi tidak seklise itu loh. Untuk mengetahuinya, teman-teman harus baca sendiri buku ini.

Sayangnya, ini adalah novel serial :(. Bukan berarti akhir ceritanya gantung ya. Ending dalam buku pertama ini sudah pas menurut saya. Dan sebagai pembuka, novel An Ember In The Ashes berhasil jadi pilot yang mengantarkan pembaca menuju novel-novel berikutnya. Tapi novel serial selalu memiliki dua sisi. Sisi pertama menguntungkan, karena sebuah cerita bagus tak akan memuaskan jika hanya selesai dalam satu buku. Beberapa novel favorit saya juga serial sebenarnya, sebut saja seial Harry Potter oleh J.K. Rowling, Legend series Oleh Marie Lu, Percy Jackson oleh Rick Riordan, Lorien Legacies atau yang dari lokal saya punya Supernova Series sebagai favorit. Novel-novel berserie ini seringkali harus melatih kesabaran. Karena kita harus menunggu cerita selanjutnya dari tokoh-tokoh favorit beberapa bulan kemudian atau bahkan tahunan.

Tapi tenang saja, novel An Ember In The Ashes di Indonesia diterbitkan oleh penerbit spring. Buat yang mengikuti Lunar Chronicle pasti tahu bahwa keempat serial itu diterbitkan dalam jeda waktu yang cukup singkat oleh penerbit spring :). Jadi sepertinya saya tidak perlu menunggu lama untuk mengikuti petualngan Laia dan elias, mengingat buku keduanya juga sudah terbit di sana.

My Review :

  • Cerita dan Plot : *****
  • Karakter dan perkembangan karakter : *****
  • Twist : *****
  • Ending : ****
  • Cover : *****
  • Keseluruhan : 4,8 bintang (Very Recommended)

Giveaway dan Mini Giveaway

banner-ember-blogtour

Selama lima hari ke depan, Penerbit Spring bersama lima blogger buku akan mengadakan Blogtour novel “An Ember In The Ashes”. Postingan ini adalah pembuka dalam rangkaian acara ini. Tentu saja akan ada giveaway di akhir periode nantinya (24 Desember 2016). Akan ada dua pemenang. Yang satu medpatakan novel An Ember In The Ashes, dan yang lain akan mendapatkan mercandise keren.

Syarat mengikuti Giveaway :

  • Like fanpage Penerbit Spring
  • Kunjungi semua blog yang jadi host blogtour (daftar blog bisa dilihat pada banner di atas)
  • Setiap hari akan ada satu blog yang menampilkan satu pertanyaan untuk givewaya.
  • Jawab ke lima pertanyaan dalam kolom komentar pada fanpage Penerbit Spring. (Jawabnya di fanpage Penerbit Spring ya, bukan di masing-masing blog)

Dan pertanyaan pada hari pertama adalah :

Siapa nama kakak laki-laki Laia yang ditangkap prajurit mask?

Pertanyaannya gampang kan, kalau teman-teman baca review di atas pasti dapat jawabannya :).

Mini Giveaway

Sambil menunggu akhir periode, teman-teman bisa mengikuti mini giveaway yang diadakan di blog ini. Hadiahnya adalah satu paket collectible bookmark character An Ember In The Ashes. Kalau beli bukunya hanya dapat satu bookmark. Tapi kalau mengikuti giveaway ini, teman-teman bisa mendapat satu set.

Untuk mendapatkannya gampang koq, cukup share postingan ini di media sosial teman-teman (facebook, twitter, instagram. google +). Jangan lupa beri hastag #EmberGiveaway . Kalau udah silahkan tuliskan link sharenya di comment post ini. Nanti di akhir periode akan saya undi siapa yang beruntung. ^^/

Pengumuman Pemenang Giveaway

Selamat sore semua, maaf ya agak telat ngumumin pemenangnya. Untuk pemenang giveaway bisa dicek di fanpage Penerbit Spring ya. Sementara untuk mini giveaway berhadiah collectible bookmark akan saya umumkan disini 🙂

Setelah didata ada 40 peserta yang ikutan. Biar adil saya ambil pemenangnya dari random.org. Yang komen pertama saya beri nomor urut 1, begitu seterusnya. Dan setelah digenerate dengan random.org, nomor yang keluar adalah nomor 27. Tepat pada nomor urut peserta :

Mathar dengan akun twitter : @ummi_hnf

Selamat ya, tolong segera DM alamat lengkapnya ke twitter saya @harovansi biar bisa diteruskan ke Penerbit Spring. Untuk yang lain jangan kecewa ya. Tunnguin nanti di awal januari akan ada blogtour dan Giveaway Novel “Puzzle Of Lies” terbitan penerbit haru di blog ini. Salam 🙂

← Older posts

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 1.899 pelanggan lain

follow me on bloglovin

Follow my blog with Bloglovin

EVEN OKTOBER

Book of The Month

Jurnal Terkini

  • [Review] 39 Langkah – John Buchan
  • [Book Review] Jurnal Risa – Risa Saraswati
  • [Review] Kisah Misteri Enola Holmes Kasus Hilangnya Sang Marquess – Nancy Springer
  • [Review] 35 Mm – Lokalpcy
  • [Review] Bidadari Berbisik – Asma Nadia
  • [Book Review] 022 – Lokalpcy
  • [Book Review] Memoar Marla – Safira Hapsari
  • [Book Review] Te O Toriatte – Akmal Nasery Basral
  • [Book Review] Kami (Bukan) Jongos Berdasi – J.S. Khairen
  • Gramedia Go : Inovasi Terbaru Gramedia Yang Membawa Keadilan Bagi Booklover di Seluruh Indonesia

Jejak Tertinggal

bugot pada Dalam Cengkeraman Iblis
bugot pada [Book Review] Jurnal Risa…
pirnadari59@gmail.co… pada [Book Review] Jurnal Risa…
Pirna pada [Book Review] Jurnal Risa…
oiri pada Dalam Cengkeraman Iblis
Dennyz pada Skandal di Pondok Songka
bugot pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
Luk QQ pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
bugot pada [Review] Delusi Moneter
Kreta Amura pada [Review] Delusi Moneter

Follow me on linky

Follow My Blog!

Click here to follow this blog and view my other followers...

Read the Printed Word!

search

jurnal terpopuler

Sooraya Qadir (Dust), Superhero bercadar dari dunia Marvel
[Book Review] Senjakala -  Risa Saraswati
Book Review : Money, Love, Happiness
Posting Bareng BBI : Warepacker
[Review] 39 Langkah - John Buchan

Instagram

Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

Goodreads

DAFTAR ISI

celoteh si bugot

Kesalahan: Pastikan akun Twitter Anda publik.

Pondok-pondok Bugot

  • ARchive Lomba
  • Life Begin At 2oth
  • Mylove to Rain

Sahabat Bugot

  • Aishiterugika’s Blog
  • Chronicle 89
  • Katakan dengan Kata
  • Kemilau Cahaya Emas
  • Kumpulan Sinopsis Buku
  • Pembuat Awan
  • SNBI POENYA BLOG
  • sweeping Me
  • Tukeran Link/ Banner
Februari 2023
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728  
« Sep    

  • Ikuti Mengikuti
    • Jurnal si Bugot
    • Bergabunglah dengan 102 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • Jurnal si Bugot
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...