• Buku Saya
  • Tentang si Bugot
  • Tukeran Link/Banner

Jurnal si Bugot

Jurnal si Bugot

Tag Archives: historical fiction

The Calligrapher’s Daughter

27 Rabu Mar 2013

Posted by bugot in Uncategorized

≈ 13 Komentar

Tag

eugenia kim, gagasmedia, historical fiction, korea, posting bareng bbi, read big challenge, rhe calligrapher's daughter, sastra asia


Pada abad kedua puluh di Korea, Najin Han, putri seorang kaligrafer, merindukan hak untuk menentukan pilihan atas nasib sendiri. Sadar putrinya seorang yang cerdas dan keras kepala, sang ibu membebaskan dirinya untuk mencari jati diri, namun sang ayah sangat keras dan teguh memegang tradisi. Terlebih, ada ancaman dari Jepang yang sedang berusaha mengontrol pemerintahan Negeri Ginseng tersebut.

Namun, ketika ayah Najin Han berusaha menikahkan putrinya dengan laki-laki dari keluarga bangsawan, ibunya malah menentang dan menyuruh Najin Han melayani di istana raja sebagai pendamping bagi seorang putri muda.

Sayangnya, tak lama kemudian kaisar Korea mati terbunuh. Budaya monarki yang berabad-abad dipelihara pun akhirnya menemui ajal bersama pimpinan tertinggi di negeri itu. Dalam situasi yang serba tidak pasti, Najin Han memulai perjalanan hidupnya sendiri. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan—dan menemukan cinta di tengah perjalanan yang panjang itu..

The_Calligrapher_4f84086437a37

Sejak k-drama “The Great Queen Seondeok” booming di Indonesia, saya jadi memendam ketertarikan tersendiri pada cerita berlatar korea “tempo dulu”. Apalagi berturut-turut kemudian hadir drama-drama kolosal korea lainnya. Sebut saja “Jumong”, “Sungkyunkwan Scandal” sampai “The Moon That Embrace The sun”. K-drama tersebut akhirnya diadaptasi menjadi novel dan sudah diterjemahkan juga oleh salah satu penerbit Indonesia. Namun jauh sebelum itu semua, Gagasmedia sudah menerbitkan satu his-fic berlatar korea. Dijanjikan dengan cover yang manis dan sangat atristis (yang khas gagasmedia) dan sinopsis yang menarik. Saya begitu gembira sekali ketika mendapatkan buku ini.

Tapi ternyata membaca buku hisfic berbeda dengan menonton k-drama, terlebih buku ini termasuk buku seksi yang cukup tebal. Jadi buku ini harus menunggu cukup lama bersama timbunan lainnya. Bukan karena tidak menarik, tapi mungkin hanya belum menemukan waktu yang tepat saja. Cerita bergulir dengan Najin Han, putri seorang kaligtafer yang hidup pada masa penjajahan Jepang di Korea. Najin Han jauh lebih cerdas dari wanita manapun yang ada di korea saat itu. Bahkan sejak usianya masih kanak-kanak, kecerdasan Najin Han sudah kelihatan. Hal ini sangat disadri oleh ibunya. maka ia sengaja mengirimkan Najin Han untuk menjadi pelayan di istana kaisar. Hal ini jualah yang akhirnya menyelamatkan Najin Han dari perjodohan (saat itu usianya baru 12 tahun).

Tapi sayangnya ia harus kembali ke kampung halamannya karena kejatuhan sang kaisar. Budaya monarki yang selama berabad-abad bertahan di KOrea akhirnya runtuh. Tapi Najin han tetap wanita Korea berpikiran modern yang tidak pantang menyerah. Ia tetap bisa bersekolah di masa-masa sulit itu.

Eugenia Kim mendeskripsikan kondisi Korea abad keduapuluh dengan sangat mendetail dan emosional. dari sudut pandang Najin Han kita disuguhkan kondisi politik yang tidak stabil dan pendudukan Jepang. Ayah Najin Han adalah seorang tokoh perjuangan rakyat yang .Oleh pernahkarena itu rumahnya sering didatangi “tamu-tamu” dari tentara Jepang. Najin Han kecil menyakskan itu semua.

Memangnya alurnya cukup lamban, namun tak lantas membosankan. Saya bela-belain untuk membacanya tanpa skiping. karena sayang melewatkan gaya bercerita eugenia Kim yang yang indah. Bagaimanapun saya memberi bintang empat untuk buku ini di Goodreads.

About the author :

Eugenia-KimEugenia Kim adaah warga amerika berkebangsaan KOrea. Orang tuanya pindah ke Amerika beberapa saat setelah Perang Pasifik. Novel ini yang merupakan debut pertamanya sebagian besar terinspirasi dari kisah ibunya, Alice kim. Sekarang tinggal diWashington DC dan mengajar sastra di Fairfield University.

Awards :

Winner of the 2009 Borders Original Voices Award
A Best Book of 2009, The Washington Post
Shortlisted for the 2010 Dayton Literary Peace Prize in Fiction

Keterangan Buku :

Judul Buku            : The Calligrapher’s Daughter

Penulis                  : Eugenia Kim

Penerjemah           : Gema Mawardi

Editor                    : Yenni Mailina

Penerbit                : Gagasmedia

Format                   : 600 halaman paperback (2012)

Genre                    : Historic Fiction

Postingan ini diikutkan dalam posting bareng BBI bulan maret (sastra asia) dan Read Big Challenge.

(Resensi) Trilogi Johana Rijkaard by Afifah Afra Amatullah

30 Senin Apr 2012

Posted by bugot in Dunia Buku

≈ 1 Komentar

Tag

afifah afrah amatullah, bulan mati di javasche orange, epik sejarah, hindia, historical fiction, Johanna Rijkard, komunis, pan islamisme, peluru di matamu, PKI, sejarah indonesia, syahid samurai


Sebenarnya saya sudah menamatkan ketiga buku epik ini sejak bertahun-tahun yang lalu. Kisah heroik ini benar-benar memukau, dimana patriotisme, cinta dan perjalanan spiritual mewarnai kehidupan tokoh-tokoh utama dalam novel epik sejarah ini. Buku yang merupakan sebuah trilogy ini memiliki titik konflik masing-masing di tiap bukunya. Namun tentu saja ada benang merah yang menghubungkan ketiganya. Masing-masing terjadi dalam masa-masa kelam sejarah Indonesia.

1. Buku Pertama : Bulan Mati di Javasche Orange

Prince George (Mahmud Ali Syah) dikirim ibunya ke Hindia Belanda (Indonesia) begitu sang ibu yang merupakan bangsawan penting di Inggris mengetahui ia terlibat gerakan pan Islamisme menentang Kemal Pasya Attatruk di Mesir, tempat ia menuntut ilmu.

Ia kemudian bertemu dengan Johanna alexander Rijkard, temannya ketika kuliah. Sejak awal ia sudah terpikat pada pesona gadis itu yang merupakan putri tunggal dari seorang pejabat di Hindia Belanda. Pada akhirnya ia menikahi Johanna, meskipun mereka berbeda agama.

Persahabatan mahmud dengan pribumi bernama Hamzah Ikhwani semakin menimbulkan rasa bersalah di hatinya. Dari Hamzah, ia kembali merasakan suasana religius yang kental. Selain itu ada oportunis Raden Anggoro Karto Saputro yang tergila-gila pada Johanna. Cerita makin rumit dengan kepulangan Parmin, teman Hamzah di pesantren dulu yang telah berpindah haluan menjadi seorang komunis.

Berbagai kejadian menyebabkan peristiwa-peristiwa tragis terjadi terhadap Johanna dan Mahmud. Saat Johanna mengetahui sebuah rahasia penting tentang dirinya dan Hamzah, takdir membuatnya kehilangan semua orang yang dicintainya termasuk suaminya.

Buku 2 : Syahid Samurai

Johanna mengira suaminya, Mahmud Ali Syah sudah meninggal. Padahal ia sedang hamil. Ditengah keputusasaan, ia berniat untuk bunuh diri. Namun takdir mempertemukannya dengan seorang wanita sufi yang kemudian menjadi gurunya. Bersama sang guru ia yang kemudian diberi nama Khadijah mengalami perjalanan spiritualnya ke berbagai tempat. Penuh keprihatinan ia membesarkan anaknya, Umar.

Sementara Mahmud yang belum berhasil menemukan Johanna, akhirnya menikahi gadis pesantren sholeha. Pertemuannya kembali dengan Khadijah yang telah menjadi muallaf menjadi dilema sendiri. Indonesia pasca usainya kolonialisme menjadi tempat yang paling tidak aman bagi orang-orang Eropa. Khadijah mengalami pedihnya kehidupan dibawah pemerintahan Jepang. Namun tak ada yang lebih menyakitkannya selain perpisahan dengan putranya, Umar. Ketika menjalani kerja Rodi Khadijah hampir diperkosa kalau tidak ada samurai tanguh yang menolongnya, Akiro Fujiwara. Sejak awal Akiro sangat mengagumi kesalehan Khadijah, berkali-kali ia bertentangan dengan sesamanya dmei menolong Khadijah.

Selama itu, ia menemukan cinta baru selain cintanya pada Khadijah. Ia mulai mengenal cahaya islam. Namun perang terus bergulir, Belanda kembali menguasai Indonesia. Akiro membuktikan cintanya, bukan sekedar cintanya pada Khadijah.

Buku 3 : Peluru di Matamu

Jack, laki-laki tampan yang menjadi idola di kampusnya tergila-gila pada Ivana Martin. Demi Ivana ia rela melakukan apa saja. Ia tak pernah tahu bahwa Ivana, tokoh komunis itu hanya memanfaatkannnya.

Demi Ivana pula akhirnya ia bertemu dengan kedua orang tuanya di Indonesia, Khadijah dan Mahmud. Hanya saja kali ini  misinya bukan sekedar “pulang kampung”.

Sementara itu Mahmud tidak hanya dipusingkan dengan pemikiran bagaimana supaya ia bisa bersikap adil pada kedua istrinya. Lebih dari itu, pesantren yang dipimpinnya berulang kali mendapatkan masalah, di duga ada penyusup dan pengkhianat didalamnya. Tanpa disadari pengkhianat itu adalah putra dan adik iparnya sendiri.

Pamungkas dari seri ini benar-benar menguras emosi saya. Well, gambaran tentang PKI di novel ini benar-benar membuat saya muak. Kadang mata ini sampai berkaca-kaca. Yang paling menyebalkan tentu saja Jack (Umar) dan Ivana. Namun, berikutnya saya ikut merasakan penyesalan Jack yang mendalam setelah ia mengantarkan ayahnya sendiri ke tiang gantungan. Matanya yang jadi pujaan gadis-gadis itu telah menjadi peluru yang mematikan bagi kedua orang tuanya.

***

Saya tidak pernah bosan untuk membaca novel ini lagi dan lagi. Tidak hanya drama, mbak Afra menyisipkan sejarah yang sangat detail. Menakjupkan karena mbak Afrah sendiri sebenarnya dulu kuliah di Fakultas MIPA. Kalau tidak salah, novel “Bulan Mati di Javasche Orange” menerima penghargaan dari depag (agak-agak lupa lembaganya). Rekomendasi banget untuk yang ingin menikmati fiksi sejarah dan cerita epik. Lima bintang…

Buku-buku ini terbit tahun 2001-2003. Namun mengingat banyaknya buku-buku pada masa pertumbuhan sastra alami yang republish, sepertinya bukan tak mungkin bila buku ini akan diterbitkan kembali. Terus terang saya berharap buku ini kembali diterbitkan berupa satu buah buku utuh (tidak dipisah-pisah).

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 1.898 pelanggan lain

follow me on bloglovin

Follow my blog with Bloglovin

EVEN OKTOBER

Book of The Month

Jurnal Terkini

  • [Review] 39 Langkah – John Buchan
  • [Book Review] Jurnal Risa – Risa Saraswati
  • [Review] Kisah Misteri Enola Holmes Kasus Hilangnya Sang Marquess – Nancy Springer
  • [Review] 35 Mm – Lokalpcy
  • [Review] Bidadari Berbisik – Asma Nadia
  • [Book Review] 022 – Lokalpcy
  • [Book Review] Memoar Marla – Safira Hapsari
  • [Book Review] Te O Toriatte – Akmal Nasery Basral
  • [Book Review] Kami (Bukan) Jongos Berdasi – J.S. Khairen
  • Gramedia Go : Inovasi Terbaru Gramedia Yang Membawa Keadilan Bagi Booklover di Seluruh Indonesia

Jejak Tertinggal

bugot pada Dalam Cengkeraman Iblis
bugot pada [Book Review] Jurnal Risa…
pirnadari59@gmail.co… pada [Book Review] Jurnal Risa…
Pirna pada [Book Review] Jurnal Risa…
oiri pada Dalam Cengkeraman Iblis
Dennyz pada Skandal di Pondok Songka
bugot pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
Luk QQ pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
bugot pada [Review] Delusi Moneter
Kreta Amura pada [Review] Delusi Moneter

Follow me on linky

Follow My Blog!

Click here to follow this blog and view my other followers...

Read the Printed Word!

search

jurnal terpopuler

[Book Review] Senjakala -  Risa Saraswati
[Book Review] 022 - Lokalpcy
[Review] Bidadari Berbisik - Asma Nadia
Berhenti Merawat Luka : Resensi Sepatu Dahlan
Novel prof. Yohanes Surya membuat saya CLBK dengan Fisika

Instagram

Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

Goodreads

DAFTAR ISI

celoteh si bugot

Kesalahan: Pastikan akun Twitter Anda publik.

Pondok-pondok Bugot

  • ARchive Lomba
  • Life Begin At 2oth
  • Mylove to Rain

Sahabat Bugot

  • Aishiterugika’s Blog
  • Chronicle 89
  • Katakan dengan Kata
  • Kemilau Cahaya Emas
  • Kumpulan Sinopsis Buku
  • Pembuat Awan
  • SNBI POENYA BLOG
  • sweeping Me
  • Tukeran Link/ Banner
Maret 2023
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

  • Ikuti Mengikuti
    • Jurnal si Bugot
    • Bergabunglah dengan 101 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • Jurnal si Bugot
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...