• Buku Saya
  • Tentang si Bugot
  • Tukeran Link/Banner

Jurnal si Bugot

Jurnal si Bugot

Tag Archives: review novel

[Book Review] Memoar Marla – Safira Hapsari

10 Jumat Jan 2020

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

Elex media komputindo, memoar marla, novel misteri, review novel


“Jika masa SMA bisa berjalan damai dan tentram tanpa persaingan status sosial dan segala omong kosong yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran, mungkin Marla tidak akan—“, ~ (hal. 14)

Di tahun terakhir Claudia di SMA–tepatnya di malam prom night, seorang siswi ditemukan tewas karena bunuh diri di toilet gymnasium. Membayangkan ada orang bunuh diri saja sudah membuatmu merinding, apalagi kalau kamu mengenalnya–temanmu 😿🙀🙀

“Semua Ini Salahmu”

Lima tahun berlalu, orang-orang mulai melanjutkan hidupnya, mengejar cita-cita. Claudia yang masih berusaha melupakan peristiwa itu tiba-tiba menerima surat kaleng yang mengingatkannya kembali pada Marla. Siapa yang mengirimkan surat itu? Apa Claudia memang ada hubungannya dengan kejadian itu?

First impression saya saat membaca buku ini adalah : pengen kecepatan baca secepat The Flash 🙈, supaya segera dapat jawabannya bagaimana persisnya kejadian lima tahun lalu itu. Saya juga penasaran sekali tentang alasan Marla bunuh diri.

Selain itu saya takjub dengan lay out isinya yang seperti kertas-kertas surat vintage gitu ☺😍. Selama tiga hari ke depan saya akan mengulas novel keren ini.

“Banyak orang bilang padaku tidak ada lelaki dan perempuan yang dapat berteman tanpa ada benih-benih cinta, dan aku biasanya membalas kalau semua itu omong kosong”, ~ (hal.36)

Jujur saja saya sedikit terdistraksi dengan cinta segitiga antara Kenzo-Marla-Alva ini 🙈, tapi dalam artian positif. Walau udah bisa menebak siapa yang bakal dipilih Claudia, eksekusinya tetap manis.

Yang tak bisa saya perkirakan adalah kebenaran dibalik “teror” yang diterima Claudia. Saya merasa ditipu habis-habisan. Karena jujur saja, “dia” tak masuk dalam daftar tersangka versi saya. Yang paling suka adalah, plot twistnya itu terasa masuk akal. Maksudnya gini, sepanjang buku saya sama sekali tidak menyadari clue yang ngarah ke sana. Tapi ketika kartunya dibuka, semuanya make sense. Penjelasannya bisa saya terima. ☺

Oh iya, dulu saya sempat bilang bahwa novel ini agak ngingetin saya novel “13 Reason Why”, dan emang ada beberapa karakter yang terasa agak mirip (seperti Samuel, Jessica dan Anggita). Tapi ya sebatas itu saja. Plot, alur, konfliknya benar-benar berbeda. Dan saya lebih menikmati membaca Memoar Marla ini. Bagi saya, 13 Reason Why terlalu Gloomy dan depresif dan Memoar Marla ini lebih berwarna (dan saya suka plot twistnya)

“Orang-orang mengatakan padaku untuk berhenti memikirkan itu, berhenti menyalahkan diri sendiri, aku harus melupakan semua itu dan berjalan maju dengan hidupku. Tetapi itu dia masalahnya. Aku dapat berjalan maju, aku masih hidup, sementara Marla tidak”, ~ (hal. 14)

Curiousity kill the cat. Kalau Claudia melaporkan surat-surat kaleng itu ke polisi sejak awal, dirinya tak akan terseret bahaya. Tapi Claudia penasaran dengan pengirimnya. Ia bahkan berkomunikasi dengan si peneror seolah itu benar-benar Marla. Atau mungkin saja Claudia merasa ia “pantas” mendapatkannya. Ups, hampir spoiler. Tapi memang di beberapa bagian saya sempat curiga pada Claudia 😁. Saya juga sempat meragukan reliabilitasnya sebagai narator, apalagi dia pernah konsultasi ke psikiater juga kan 🙈

Intinya, saya mau bilang kalau penulis jago banget bikin alur yang penuh teka-teki.

Saya juga suka dengan bagaimana penulis menggambarkan karakter-karakternya. Alva, misalnya, saya bisa langsung menebak kalau itu adalah dia dari dialognya saja. Kredit juga buat sang editor yang udah bikin novel ini jadi smooth banget. (Mungkin saya kurang teliti, tapi kayaknya saya gak nemu typo deh).

Namun kalau harus mencari kekurangan dari novel ini, saya merasa peran Ayah Claudia seolah nggak ada. Beliau cuma disebut sesekali 🙈. Terus saya juga agak terganggu dengan kata “personality” yang sempat beberapa kali direpetisi dalam paragraf yang berdekatan.

Tapi secara keseluruhan, novel ini keren dan recommended banget.

My Rating : 4.5/5 ⭐
Puzzle Level : 4/5 🗝

Keterangan Buku
Judul : Memoar Marla, Surat-Surat dari Perempuan yang Sudah Matu
Penulis : Safira Hapsari
Editor : Dion Sagirang
Penata Letak : Debora Melina
Desainer Sampul : Sukutangan
ISBN : 9786230009334
Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun terbit : 2019
Format : 395 halaman Bookpaper
Harga : Rp. 90.000,-

[Book Review] Te O Toriatte – Akmal Nasery Basral

05 Minggu Jan 2020

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

akmal nasery basral, gramedia, review novel, teo toriatte


“Bahagia adalah cara kita beradaptasi menghadapi masalah, memeluknya dengan ramah, dan mencari jalan keluarnya tanpa menyerah”, ~ (hal.136)

Dulu, ada seorang teman saya yang sangat “sensitif” terhadap getaran. Gempa dalam skala sekecil apapun bisa membuatnya panik dan histeris. Ternyata saat terjadi gempa besar di Padang, dia terjebak di lantai tiga sebuah mall dan hal itu membuatnya trauma sampai sekarang.

Saat membaca blurb novel Te O Toriatte, saya sudah bergidik membayangkan bagaimana perjuangan Meutia–tokoh utama di novel ini untuk bangkit dari trauma akibat musibah beruntun yang dialaminya. Meutia Ahmad Sulaiman masih berusia 14 tahun saat tsunami Aceh menewaskan kedua orang tua dan ketiga adiknya. Mutia kemudian diangkat anak oleh suami istri berkebangsaan Jepang, Hiroshi dan Harumi.

Namun, saat Meutia mulai merasakan kehangatan keluarga, triple disaster melanda Jepang (gempa, tsunami dan kebocoran reaktor nuklir). Kedua orang tua angkat Meutia tewas dalam peristiwa itu.

Bersama PTSD yang tak mungkin sembuh, Meutia tetap berhasil mewujudkan mimpinya menjadi doktor computer Engineering. Meutia yang berparas cantik dan jelita juga dihadapkan pada pilihan sulit di antara tiga laki-laki yang mencintainya : pakar genom ternama berkebangsaan Jepang, Penyiar TV yang merupakan cinta pertamanya, serta seorang psikiater yang mengidolakan Meutia sejak lama. Sayangnya, kondisi kejiwaannya yang unstable membuat Meutia ragu ketiga laki-laki itu (atau laki-laki manapun) mampu menerima dia apa adanya.

First impression saya setelah membaca novel ini : pak @akmalbasral adalah story teller yang luar biasa. Saya tak pernah terlalu “mementingkan” diksi yang dipilih penulis dalam sastra populer. Tapi, pilihan kata-kata yang ditulis Pak Akmal benar-benar terasa berbeda–dan saya menikmatinya. Saya mengerti sekarang kenapa banyak kritikus “ngeyel” banget tentang hal ini. Ternyata memang kalimat-kalimat nyastra yang indah itu memberikan pengalaman membaca yang berbeda.

“Kita tak boleh takut kepada yang sudah meninggal dunia, Mayutiya. Yang lebih menakutkan bagi kita adalah mereka yang masih hidup, sebab hanya yang masih hidup yang bisa berbuat jahat,” ~ (hal. 133)

Novel Teo Toriatte (Genggam Cinta) ini adalah buku pertama yang saya tamatkan di tahun 2020. Novel ini berhasil meng-enhance minat baca di tahun baru ini karena contentnya yang sangat “kaya”.

Saat membaca blurbnya pertama kali, saya tak berekspektasi terlalu tinggi. Saya justru agak “segan” membacanya karena berpikir novel tentang bencana alam itu pasti bakal bikin mewek. Dan memang banyak banget part-part di novel ini yang membuat dada saya sesak. Tapi cerita Teo Toriatte ini sangat dinamis, ada romance yang bikin gemas dan terharu, ada bagian thriller yang bikin adrenalin saya terpacu dan ada teka-teki yang bikin saya gak bisa berhenti baca. Lalu begitu rahasianya terungkap saya terkaget-kaget. Karena saya sempat mendukung si A untuk menjadi pendamping Meutia. (Padahal kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya penulis sudah memberi clue kalau ada yang salah sejak awal 🙈).

Ada banyak sekali isu yang disisipkan penulis ke dalam cerita ini : mental illness (yang jadi concern utamanya), perjalanan spiritual, sains (yang disertai dengan sumber relevan), feminisme, lingkungan dll. Hebatnya, semua hal itu memang mendukung cerita dan disinggung dengan porsi yang pas. Jadi tidak serta merta dijejalkan begitu saja.

Kalau harus mencari kekurangannya, mungkin cuma soal pekerjaan Meutia di Jakarta. Saya masih kurang ngeh tentang apa saja yang dikerjakan Meutia dan timnya (yang kayaknya jarang banget disebut) selain pembahasan di awal tentang koreksi data BMKG itu. Dia sangat sibuk sampai-sampai tak mau menghubungi teman-temannya. Tapi masih sempat melakukan wawancara dan (ternyata) melakukan beberapa sesi temu kangen 🙈. (Not a big deal. Bisa jadi saya kurang teliti)

Pokoknya, novel ini sangat saya rekomendasikan kepada seluruh teman-teman booklover, dengan syarat kamu sudah berusia minimal 17 tahun. Karena beberapa hal di novel ini hanya relevan untuk pembaca dewasa.

My Rating : 4.5 ⭐
Romance : 4.5 ❤ (not your tipycal romance story)
Sensualitas : 3.5 💋 (cukup banyak detail eksplisit)

KETERANGAN BUKU

Judul : Aster: Teo Toriatte (Genggam Cinta)
Penulis : @
Editor : Dwi Ratih Ramadhany
Penyelaras Akhir : Wienny Siska
Desainer Sampul : Bella Ansori
ISBN : 9786020634357
Penerbit : @bukugpu
Tahun terbit : 2019
Format : 328 halaman Bookpaper
Harga : Rp. 86.000,-

[Book Review] Dalam Kurung – Haditha

15 Senin Apr 2019

Posted by bugot in review

≈ 3 Komentar

Tag

bukune, novel horor, novel indonesia, review, review novel


Blurb
Kegiatan melamun sambil menulis lagu sore hari di pinggir sungai buat Djabrik ternyata mengungkap sebuah kejadian ganjil. Nuansa, sahabat yang dirindunya, muncul tiba-tiba dari rumpun bambu. Ia membawa pesan peringatan bahwa makhluk-makhluk dari alam gaib akan terlepas dari kurungan dan membawa malapetakan bagi desa.
Suatu malam, saat Djabrik manggung, kerumunan penonton joget gila-gilaan dengan tawa kesetanan membuyar. Mata mereka putih, pupil hitamnya tersembunyi di balik rongga mata. Auman-auman macan serta lolongan hewan merobek atmosfer malam. Kesurupan massal terjadi di depan Djabrik.
Djabrik menengok ke pohon dekat panggung. Di sana ada sepasang mata pipih bercahaya dengan taring panjang melayang. Djabrik nggeblak!
Peringatan Nuansa menjadi kenyataan.
Celakanya, itu semua baru permulaan.

Keterangan Buku

Judul : Dalam Kurung

Penulis : Haditha

Editor : MB Winata

Penyelaras Aksara : Nomena Hutauruk

Penata Letak : Nunu

Penyelaras Tata Letak : Bayu N. L.

Desainer Sampul : Haditha

Penyelaras Desain Sampul : Raden Monic

ISBN : 9786022202882

Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta

Tahun terbit : 2019 (cet. 1)

Format : vi + 250 halaman Bookpaper

Harga : Rp. 77.000,-

My Opinion

“Akan datang malam yang pekatnya lebih dari oli kotor kadaluwarsa. Pandangan tak tembus ke mana-mana. Dan kalian semua akan menyaksikan pasukan tak kasat mata saling bertempur. Ada yang hitam ada yang putih. Saranku, kalau malam itu tiba, kalian jangan keluar rumah” ~ (hal.1)

Apa yang membuat sebuah karya sastra sangat gampang disukai pembaca? Salah satu alasannya disebabkan oleh apa yang ditulis sang author di bukunya sangat relate dengan pembaca tersebut. Apalagi jika hal itu dipadukan dengan imajinasi yang hebat serta plot yang sangat luar biasa. Bisa dipastikan, para pembacanya akan berburu karya penulis yang lain atau menunggu buku terbarunya.

Sudah lama banget saya tidak menemukan novel yang seperti deskripsi di atas. Apalagi di novel horor. Sampai kemudian saya berkesempatan membaca novel berjudul “Dalam Kurung” karangan mas Haditha ini. Bukunya sukses meningkatkan kembali minat membaca saya. ☺

Sekilas gaya bercerita beliau mengingatkan saya pada novel-novel karangan penulis horor favorit saya, Abdullah Harahap. Mungkin karena Mas Haditha juga menggunakan elemen-elemen horor klasik seperti yang sering digunakan Abdullah Harahap di novelnya. Bedanya, plot yang digunakan Mas Haditha lebih dinamis. Seperti penulis thriller modern, Mas Haditha juga menyelipkan plot twist yang memanjakan penggemar film horor. Selain itu, Mas Haditha juga menempatkan adegan-adegan menakutkannya dengan ritme yang pas. (Kalau dalam film, bisa dibilang jumpscare-nya pas, gak kebanyakan tapi berhasil bikin efek kaget).

My Review

Story : 🌟🌟🌟🌟

Djabrik, seorang pemuda kampung yang halus budi (bahasanya 😁) bertemu kembali dengan sahabat lamanya dengan cara yang tak masuk akal. Nuansa yang sangat tertarik dengan dengan hal-hal berbau mistis itu menceritakan pengalamannya selama ia menghilang. Nuansa juga menceritakan perannya di “dunia pararel”, dan memperingati Djabrik tentang mahluk-mahluk jahat yang berhasil memasuki dimensi manusia.

“Sebuah tabir yang tak seharusnya terbuka, terbuka dengan bebas. Kurungan agung jebol. Menyebabkan lolosnya mahluk-mahluk halus jahat masuk ke dunia manusia. Tentu saja Brik, niat mereka tidak baik. Mereka bukan sembarang mahluk halus yang kita ketahui dari omongan orang. Mereka jenis yang beda….”, ~ (hal. 35)

*

Elsa, gadis manis yang disukai Djabrik baru saja menamatkan sekolahnyadi SMK. Meskipun orang tuanya sanggup menguliahkannya, Elsa ingin bekerja dulu mencari pengalaman. Setelah berputar-putar mencari lowongan bersama Djabrik, Elsa diterima bekerja di sebuah warnet. Selain menjaga warnet, Elsa juga sekalian diminta menemani Ayah bosnya yang lumpuh di rumah besar di belakang warnet. Tapi ada satu pantangan, Elsa dilarang masuk rumah itu ketika datang bulan.

*

Tri Dharma bekerja sebagai marketing di sebuah bengkel. Berkat Tri Dharma, bengkel tempatnya bekerja menjadi ramai pengunjung. Tapi tiba-tiba Tri Dharma mendapat “kiriman” dari saingan bengkel tempatnya bekerja. Sejak itu, berbagai peristiwa mistis mengganggu ketentraman hidup Tri Dharma. Sampai kemudian ia bertemu khodam berbentuk macan yang menjadi pelindungnya.

***

Pada awalnya, aku belum bisa menebak apa hubungan antara kisah Nuansa, Djabrik, Elsa dan Tri Dharma. Sampai akhirnya saya berhasil menemukan benang merahnya di pertengahan buku.

Fantasy World : 🌟🌟🌟🌟🌟

“…Rumah yang besar dan sepi penghuni, akan menjadi tempat pilihan mahluk lain untuk ditinggali. Bilamana dirasakan aura kesepian lebih besar, maka, kata Mbok Sasih, mahluk lain itu perlahan-perlahan menggeser eksistensi manusia yang tinggal di sana. Mereka jadi lebih dominan pengaruhnya.”, ~ (hal. 27)

Meskipun kadar horornya ngalahin nobel horor lokal lain yang kubaca, tapi ternyata buku ini bukan murni horor. Penulisnya menyebut genrenya dengan “fantasi klenik”, mungkin mirip seperti genre Paranormal Fantasy dalam novel terjemahan.

Sebagai novel fantasi, world buuldingnya gak kalah heboh dengan novel fantasi terjemahan. Seperti keberadaan portal ke dunia lain, pertarungan antara entitas baik vs entitas jahat, tokoh avatar dll. Hebatnya, penulis menggabungkan ini dengan kearifan lokal dan isu sosial yang sedang hangat.

Characters : 🌟🌟🌟🌟

Selain ke-empat karakter utama yang mendapat porsi paling banyak, banyak karakter-karakter lain juga yang mencuri perhatian. Misalnya Abah yang misterius, Mbok Sasih yang mencurigakan, Kiai Sanjoko, Nimas Gandasari teman-teman band Djabrik dll. Kesemuanya mencuri perhatian dengan karakteristik masing-masing. Bahkan keberadaan tokoh Khodam dan mahluk halus lainnya. Aku dibuat takut dan takjub di saat bersamaan 😁

“Tidak perlu malu. Aku bukanlah manusia. Aku hanya menuruti maumu supaya aku mewujud seperti manusia agar kau nyaman. Aku tetaplah macan. Tidak memiliki hasrat atau hal-hal lain selayaknya manusia”, ~ (hal. 153)

Ending : 🌟🌟🌟🌟

Endingnya sangat memuaskan. Klasik kayak film-film horor jamannya Suzanna. Tapi eksekusi di novel Dalam Kurung ini lebih masuk akal. Dan klimaks sebelum endinh itu benar-benar “memorable” 😁. Terus aku baca epilog tentang 2 tokoh utamanya yang….. (spoilert). Boleh dong, aku berharap akan ada buku tentang mereka lagi? 😍😍

Packaging & Editing : 🌟🌟🌟

Covernya cukup sederhana, tapi menggambarkan isinya. Tulisan judulnya juga dibikin dengan jenis dan ukuran yang mencuri perhatian. Namun menurut saya agak kurang eye catching 🙏, kayak novel Karung Nyawa (karya penulis lainnya dan aku belum baca 😁) itu keren menurutku. Akan tetapi, ini pendapatku pribadi yang subjektif banget.

Editing dan lay out isinya juga rapi. Saya tidak menemukan typo yang membuat keningku berkernyit dan berhenti baca sejenak. (Eh tapi, kalau ceritanya bikin nagih gini, saya nggak aware sama typo sih 😁)

Final Rating : 4🌟

Teror Meter : 5 🎃

Yang pasti, novel ini recommended banget buat penggemar cerita-cerita gothic horor ataupun fantasi. Terutama buat yang sudah “lelah” dengan sosok hantu-hantu internasional 😄

Review novel ini juga saya tulis secara daily di instagram : @jurnalsibugot

[Review] Rooftop Buddies

28 Minggu Okt 2018

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

gramedia, review novel, young adult


“Kalau kematian sudah pasti datang, kenapa tidak dipercepat saja?” ~ (hal.21)

Blurb
Buat Rie, mengidap kanker itu kutukan. Daripada berjuang menahan sakitnya proses pengobatan, dia mempertimbangkan pilihan lain. Karena toh kalau akhirnya akan mati, kenapa harus menunggu lama?
Saat memutuskan untuk melompat dari atap gedung apartemen, tiba-tiba ada cowok ganteng berseru dan menghentikan langkah Rie di tepian. Rie mengira cowok itu, Bree, ingin berlagak pahlawan dengan menghalangi niatnya, tapi ternyata dia punya niat yang sama dengan Rie di atap itu.
Mereka pun sepakat untuk melakukannya bersama-sama. Jika masuk ke dunia kematian berdua, mungkin semua jadi terasa lebih baik. Tetapi, sebelum itu, mereka setuju membantu menyelesaikan “utang” satu sama lain, melihat kegelapan hidup masing-masing… Namun, saat Rie mulai mempertanyakan keinginannya untuk mati, Bree malah kehilangan satu-satunya harapan hidup.

Keterangan Buku

Judul : Rooftop Buddies

Penulis : Honey Dee

Editor : Anastasia Aemilia

Ptoofreader. : Didiet Prihastuti

ISBN : 9786020388199

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2018 (cet. 1)

Format : 264 halaman Paperback

My Review

“Yang kutahu setelah kematian mungkin nggak ada lagi beban.” ~ (hal. 102)

Ini bukan pertama kalinya aku membaca novel sicklit dengan tokoh utama yang menderita penyakit berat. Tapi di luar pakem novel-novel serupa–yang kadang terlalu berusaha menguras air mata pembacanya–novel young adult jebolan GWP ini lebih “bersahabat” dan memberi harapan. Meskipun konflik dan dramanya cukup berat, tapi novel ini tidak terjebak dalam menye-menye tak berkesudahan. Melalui tokoh Rie dan Bree, penulis berhasil menyampaikan pesannya.

Ceritanya disampaikan dari sudut pandang Rie. Bagaimana Rie mengemukakan pendapatnya membuatku berpikir, mungkin memang seperti ini yang dirasakan oleh para survivor. Selain menghadapi sesi kemotrapi yang menyiksa, mereka juga harus menyaksikan air mata dan tangis dari orang-orang yang disayanginya. Jadi ketika Rie akhirnya memilih menyerah, saya bisa memahaminya.

Tapi takdir tidak selalu sesuai dengan rencana. Sebelum melompat dari rooftop, Rie bertemu dengan Bree-cowok ganteng yang juga berniat bunuh diri. Dua orang yang sama-sama putus asa dan tidak percaya lagi pada kehidupan bertemu, kesamaan nasib itu membuat keduanya menjadi akrab. Lalu tiba-tiba terjadi perubahan rencana. Awalnya hanya sekedar tekad untuk menyelesaikan “utang” yang masih ada di dunia. Lalu dimulailah petualangan ala-ala road movie yang mengaduk-aduk emosiku. Apakah masih ada harapan untuk mereka?

“Benarkah kematian bisa menyembunyikan kita dari kehancuran?” ~ (hal. 132)

Sejak pertemuan Rie dan Bree, aku sudah penasaran dengan motif cowok itu ingin mengakhiri hidupnya. Teka-teki soal Brie ini dibuka sedikit demi sedikit pada halaman berikutnya. Meskipun hanya lewat narasi Rie, penulis tetap berhasil membuat saya merasakan tekanan yang dialami Bree😭.

Karakter dan Penokohan

  • Rie… Mirielle. Gadis 17 tahun yang menderita kanker. Karena penyakitnya, Rie harus menjalani homeschooling dan itu membuatnya tidak punya teman. Rie punya pikiran yang lebih dewasa dari umurnya.
  • Bree… Brian. Cowok ganteng yang ditemui Rie di atap. Menurut Rie, wajahnya hasil persilangan antra Hugh Jackman dan Zach Effron. Bree orang yang simpatik dan gentle, sulit dipercaya ia ingin bunuh diri.
  • Jojo. Adik laki-laki Rie yang aktif dan cerdas. Ia sangat menyayangi Rie. Meskipun tidak berperan banyak, Jojo punya andil dalam perubahan Rie.
  • Mona. The Devilish Babe. Sebenarnya aku agak terganggu dengan keberadaan antagonis yang jahatnya gak ketulungan kayak gini 😁. Tapi sepertinya, karakternya ini memang mendukung cerita.
  • Devon alias Bang Dev. Seorang survivor yang menciptakan Healty village, organisasi yang khusus menyemangati para survivor.

Selain mereka, masih banyak tokoh-tokoh lain yang berperan penting dalam cerita, walaupun sebagiannya hanya muncul sekilas. Seperti orang tua Rie dan Bree, teman-teman sekolah Rie waktu SMP, serta orang-orang dari Healty Village. Semuanya diceritakan dengan porsi yang sesuai.

“Bunuh diri itu perbuatan yang menyakiti diri sendiri. Tuhan melarang itu. Agama apapun pasti melarang itu”. ~ (hal. 194)

Konflik dan Ending

Konfliknya berlapis, tapi tidak lari ke mana-mana, tetap mengerucut pada isu kanker survive dan suicide yang diangkat. Penyelesaiannya juga tidak terburu-buru dan seperti yang saya tulis di awal, berbeda dengan novel sicklit kebanyakan. Tadinya saya sudah bersiap-siap kalau harus nyesek pas ending. Tapi di luar dugaan, buku ini ditutup dengan kalimat yang heartwarming.

Editing dan layout

Editingnya rapi dan saya hampir tidak menemukan typo. Saya juga suka layout isinya. Fontnya pas, tidak terlalu besar atau kekecilan.

Final Rate : 3,5 🌟

Di novel ini, juga banyak kutipan-kutipan-kutipan keren yang sayang banget kalau gak dishare 😆. Berikut di antaranya :

  • “Jangan memulai peperangan yang gak bisa kamu menangkan”, ~ (hal. 76)
  • “Kalau cowok berusaha peka katanya cengeng, kebanyakan drama. Kalau cowok nggak peka katanya nggak punya perasaan. Sebenarnya apa sih maunya cewek?” ~ (hal. 100)
  • “Kamu nggak bisa melakukan apapun kalau terus memilirkan pendapat orang lain. Kamu nggak bisa menyenangkan semua mata”, ~ (hal. 104)
  • “Jatuh cinta itu membuat orang lebih stres sebenarnya, tapi di sisi lain kebahagiaan karena dicintai dan diperhatikan menghasilkan perubahan hormon yang sangat bagus untuk tubuh”, ~ (hal. 249)

Trivia

  • Novel ini sebelumnya pernah tayang di website GWP dengan judul “Suicide Buddies”.
  • Kak Honey Dee, penulis novel ini juga pernah mendapat tumor yang sempat membuatnya putus asa 😭

Book Review : Heartbreak Formula

10 Sabtu Mar 2018

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

heartbreak formula, penerbit haru, psychologi, review, review novel, sience fiction


29062966_10213077624388517_3252070147172991930_n“Suicide doesn’t kill people. Sadness kills people.” – (Anonymous)

Blurb

Sore tadi pukul 6:45 di hari ulang tahun Harry yang ke-18, aku menabrakkan diri pada sebuah mobil yang melaju.
Harry… pria yang kupercaya dan selalu ada untukku, berubah sejak kami masuk SMA.
Pria itu tak lagi ada di sampingku, bahkan ketika aku sedang berada di titik terendah dalam hidupku.
“Kupikir aku punya jawaban untuk masalahmu,” ujar Dokter Cornell, merendahkan suaranya. “Tim penerlitianku sedang bereksperimen membuat formula untuk membuat manusia lupa akan kejadian buruk di masa lalu. Formula Olvidelo.
Ketika penawaran itu datang, sebuah pintu baru seolah terbuka di hadapanku.
Formula itu mungkin adalah sebuah jawabannya. Masalahnya, aku tak tahu apakah formula itu akan menyelamatkanku… atau malah menjerumuskanku

“Sebenarnya, walaupun seseorang memiliki pikiran untuk bunuh diri, ketakutan akan kematian itu masih tetap dirasakannya.” – (hal. 32)

Keterangan Buku

heartbreak formulaJudul                      : Heartbreak Formula

Penulis                   : Mpur Chan

Editor                     :  Yooki

Penyelaras Aksara: Seplia

ISBN                       : 9786026383372

Penerbit                : Penerbit Haru

Tahun terbit           : Desember, 2017

Format                   : 288 halaman Paperback

 

 

My Opinion

“Olvidelo diambil dari bahasa Spanyol yang artinya ‘lupakan’. Sesuai dengan artinya, formula ini dibuat untuk melupakan trauma atau kenangan buruk akibat suatu hal.” – (hal.64)

Kemarin saya sempat mengikuti giveaway berhadiah buku ini di salah satu akun bookstagram. Tidak menang, tapi pertanyaannya cukup ngena banget dan saja jadikan pembuka untuk review novel ini.

“Jika anda diberi kesematan untuk menghaus sepenggal kehidupanmu yang buruk, apa anda akan melakukannya, Dokter Cornell?” – (h.228). Pertanyaan ini persis sama seperti yang diajukan oleh bookstagram tersebut. Jawaban saya saat itu sangat tegas dan jelas, saya tidak akan melakukannya. Karena menurut saya setiap kenangan itu, baik atau buruk berperan penting dalam membentuk kedewasaan kita.

Lalu akhirnya saya berkesempatan membeli dan membaca buku ini. Saya kemudian berkenalan dengan April (aka Summer), June, May, Desember dan sembilan peserta lain yang jadi objek penelitian formula Olvidelo. Mereka yang tumbuh dengan trauma dan tekanan yang membuat mereka ingin menghilang dari dunia. Jika saya menjadi mereka, apa saya masih bisa menjawab dengan setegas itu?

Laki-laki dan perempuan tak akan pernah bisa jadi sahabt, karena cepat atau lambat akan tumbuh rasa suka di antara keduanya. – (hal.16)

Saya mengerti bagaimana rasanya menjadi Summer. Saat satu-satunya sahabat yang kita punya mulai berubah dan tidak kenal lagi. Bagi orang yang memang terlahir supel dan tanpa trauma masa lalu, hal ini mungkin bukan masalah besar. Tapi sayangnya ada orang-orang yang sulit untuk menciptakan sebuah keintiman baru. Ada orang-orang seperti Summer yang punya masa lalu buruk, sehingga sulit mempercayai orang lain. Saya paham hal itu karena pernah mengidap Anxiety Disorder yang membuat saya kewalahan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan.

“Aku tidak ingin mengenal siapa pun lagi. Kalau mengenal mereka, aku akn peduli pada mereka. Dan akhirnya aku akan percaya pada mereka yang kemungkinan besar akan mengkhianatiku; meninggalkanku.” – (hal.70)

Meski pada dasarnya novel ini memiliki genre sci-fi, tapi topik tentang kesehatan mental yag sangat dominan di novel membuatnya justru sebanding dengan karya-karyanya Sarah Dessens atau Patrick Ness. Saya juga takjub dan mendapat banyak pengetahun baru dari footnote yang cukup banyak di novel ini.

My Review

Cerita dan Plot : ***

Tadinya saya berpikir kalau novel ini adalah sebuah komedi romantis atau kisah cinta penuh air mata :D. Tapi ternyata cinta bukan fokus utama dalam kisah ini. Memang tetap ada bumbu-bumbu romansa yang penting, tapi tidak mendominasi. Novel ini memang mengusung tema tentang kesehatan menta, tapi tak lantas membuatnya jadi suram dan bikin depresi (walaupun ceritanya tentang orang-orang depresi :D).

Dengan alur maju yang rapi, kronologis cerita ini jadi gampang dipahami. Ada sesekali adegan flashback yang diceritakan sekilas, tapi tak sampai bikin bingung. Ceritanya sendiri disampaikan sepenuhnya dari POV Summer. Pergolakan batin yang dialami Summer terasa lebih hidup. Seperti saat sebenarnya ia peduli, tapi lebih memilih bersikap acuh. Karena ia takut menjalin hubungan lagi dengan orang lain. Tapi kemudian ia menyesal dan merasa bersalah, You are not alone Summer :”(.

Karakter & Perkembangan Karakter : *****

Karakter dalam novel ini cukup banyak. Tapi hanya beberapa tokoh mendapat porsi paling banyak. Menurut saya hal ini justru bagus, karena konfliknya jadi tidak lari ke mana-mana dan mengerucut pada beberapa orang di sekeliling Summer saja. Berikut beberapa karakter penting yang menghidupkan kisah ini :

  • Summer aka April. Tokoh utama dalam cerita ini, yang telah melakukan percobaan bunuh diri keduanya sebelum bertemu Doker Cornell.
  • Harry, teman Summer sejak kecil dan satu-satunya. Harry mulai berubah sejak bergabung dengan tim football sekolah dan bergaul dengan anak-anak keren.
  • Dokter Cornell dan petugas lain di gedung Zanson Survival Center. Tempat Summer menjalani terapi sekaligus percobaan untuk formula Olvidelo.
  • Peserta-peserta percobaan lainnya di Zanson. Ada 12 orang (termasuk Summer) yang diberi identitas sesuai dengan nama-nama bulan. Tapi yang mendapat porsi cukup banyak hanya April (Summer) dan angota kelompoknya : June, May dan Desember.

Dengan tokoh-tokoh “bermasalah” ini, penulis tetap berhasil membuat perkembangan karakternya berjalan wajar. Yang paling terasa perubahannya tentu saja Summer. Summer di akhir cerita benar-benar terlahir sebagai individu baru.

Ending : ***

Seperti buku-bukunya Sarah Dessens, novel ini juga berakhir manis. Sudah bisa diprediksi tapi tetap menghangatkan hati. Konflik yang dihadapi Summer selesai dan berhasil dilewatinya. Penulis juga berbaik hati memberi tahu apa yang terjadi dengan Harry dan June. Hanya saja saya juga penasaran tentang kisah Desember dan May. Mungkin nanti kak Mpur Chan bisa menuliskan cerpen tentang mereka juga, hehe.

Tata Bahasa : ****

Membaca novel ini seperti membaca sebuah novel terjemahan. Apalagi settingnya di New York dan Charlestown. Bahasanya ringan dan mudah dimengerti. Saya juga menemukan banyak sekali kutipan-kutipan menarik di sepanjang buku. Saya juga tidak menemukan typo yang mengganggu selama membacanya.

Cover : ****

Covernya dominan biru dan ungu, sangat relate dengan isi novelnya. Gambar siluet dan langit berwarna jingga ini mengingatkan saya pada “The Scream” karya Edvard Munch yang menggambarkan penderitaan. Like it.

Final Rate : 3,8

Jadi, kalau kalian diberi kesempatan untuk menggunakan formula Olvidelo. Apa kalian akan menggunakannya?

← Older posts
Newer posts →

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabunglah dengan 1.900 pengikut lainnya

follow me on bloglovin

Follow my blog with Bloglovin

EVEN OKTOBER

Book of The Month

Jurnal Terkini

  • [Book Review] Jurnal Risa – Risa Saraswati
  • [Review] Kisah Misteri Enola Holmes Kasus Hilangnya Sang Marquess – Nancy Springer
  • [Review] 35 Mm – Lokalpcy
  • [Review] Bidadari Berbisik – Asma Nadia
  • [Book Review] 022 – Lokalpcy
  • [Book Review] Memoar Marla – Safira Hapsari
  • [Book Review] Te O Toriatte – Akmal Nasery Basral
  • [Book Review] Kami (Bukan) Jongos Berdasi – J.S. Khairen
  • Gramedia Go : Inovasi Terbaru Gramedia Yang Membawa Keadilan Bagi Booklover di Seluruh Indonesia
  • [Book Review] Senjakala – Risa Saraswati

Jejak Tertinggal

Dennyz pada Skandal di Pondok Songka
bugot pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
Luk QQ pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
bugot pada [Review] Delusi Moneter
Kreta Amura pada [Review] Delusi Moneter
Kreta Amura pada [Book Review] Dalam Kurung…
bugot pada [Book Review] Dalam Kurung…
tantri06 pada [Book Review] Dalam Kurung…
bugot pada Skandal di Pondok Songka
Meilawati Lestari pada Skandal di Pondok Songka

Follow me on linky

Follow My Blog!

Click here to follow this blog and view my other followers...

Read the Printed Word!

search

jurnal terpopuler

Cintaku Antara Jakarta dan kuala Lumpur
[Book Review] Jurnal Risa - Risa Saraswati
[Review] Bidadari Berbisik - Asma Nadia
[Review] Kisah Misteri Enola Holmes Kasus Hilangnya Sang Marquess - Nancy Springer
[Book Review] Midnight Restaurant - Daniel Ahmad

Instagram

Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

Goodreads

DAFTAR ISI

celoteh si bugot

Kesalahan: Pastikan akun Twitter Anda publik.

Pondok-pondok Bugot

  • ARchive Lomba
  • Life Begin At 2oth
  • Mylove to Rain

Sahabat Bugot

  • Aishiterugika’s Blog
  • Chronicle 89
  • Katakan dengan Kata
  • Kemilau Cahaya Emas
  • Kumpulan Sinopsis Buku
  • Pembuat Awan
  • SNBI POENYA BLOG
  • sweeping Me
  • Tukeran Link/ Banner
Juli 2022
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Apr    

  • Ikuti Mengikuti
    • Jurnal si Bugot
    • Bergabunglah dengan 1.900 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • Jurnal si Bugot
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...