Tag

, , , ,


“Nggak ada yang bener-bener tahu gimana caranya jadi dewasa, Ye. Masing-masing orang punya cara sendiri.”, ~ (hal. 81)

APA YANG MENANDAKAN KEDEWASAAN SESEORANG?

Menurut Faiq–vokalis band indie “Anchorbolt”, kalau kamu sudah pernah nonton film porno, kamu sudah bisa disebut dewasa 😁

Tapi novel ini bukan tentang Faiq, ini adalah kisah tentang Cakrawala (aka Ceye) dan Ladinia yang harus mempertanyakan kembali kedewasaan mereka saat berhadapan pada satu masalah –cinta. Simak dulu blurbnya ⏬⏬

Cakrawala. Dia diartikan sebagai lengkung langit tempat bintang-bintang bersandar.

Ladinia. Dia adalah bintang paling terang yang pernah bersandar pada cakrawala.

Cakrawala, drummer dari band indie Anchorbolt pertama kali bertemu Ladinia, reporter dari media musik bernama StageSnap, di belakang panggung saat gegap gempita reda. Meninggalkan kesan, tapi tak seberapa.

Lalu, Bandung mempertemukan sang drummer dan sang reporter dalam setiap gigs, menjadi penanda dimulainya tukar cerita tentang skema musik hingga idealisme hidup. Cerita demi cerita terekam di seluruh sudut kota kembang, menambah satu lagi hal manis yang bisa diingat dari kota berkode telepon 022. Semua tempat baik-baik saja, hingga salah satunya jatuh cinta dan salah satunya enggan percaya.

First impression saya setelah membaca novel ini. Pace ceritanya agak lambat, tapi tidak membosankan. Saya langsung tertarik untuk mengetahui cerita tentang Cakrawala alias Ceye sejak awal. Biasanya saya butuh beberapa part dulu untuk mengenal sebuah karakter dan menyukainya. Tapi khusus untuk Ceye ini, saya nggak pengen tahu dulu latar belakang dia kayak gimana. Saya cuma penasaran, what next? 🙈😁. Dan memang perjalanan Ceye berikutnya ini seru. Saya senyum-senyum sendiri saat dia pura-pura seolah bertemu secara kebetulan dengan Ladin. Padahal mah 😁😁

“Sesuatu yang berharga bukan datang secara kebetulan, tapi karena dipertahankan, diperjuangkan danl ada yang dikorbankan.”, ~ (hal. 79)

Ladin adalah cewek supel yang menyenangkan. Ia selalu berusaha “being nice” pada siapa saja tanpa mengharapkan balasan. Atau lebih tepatnya, ia tak mau berharap lebih karena takut dengan ekspektasinya sendiri. Melihat Ceye yang baik banget sama dia membuat Ladin takut dan mempertanyakan apa motivasi laki-laki itu. Ladin tidak buta, ia hanya insecure.

Ceye pernah gagal mempertahankan hubungannya. Hal ini membuatnya ragu untuk memulai yang baru. Selama ini ia mengandalkan hidupnya pada kebetulan. Siklus hidupnya yaitu mencari dan berharap, santai dan menikmati hidul, kemudian mencari dan berharap lagi. Lalu Ladin masuk ke circle-nya.

Sekilas, premis cerita 022 terasa sudah terlalu umum ya. Tapi tokoh-tokoh di novel begitu “hidup”. Tanpa penjelasan yang repetitif tentang deskripsi dan kepribadian mereka. Kita sudah dibikin akrab dengan Ceye, Ladin, Tara, Wira, Sean, Faiq, dll. Latar kota Bandungnya yang romantis dieksplore dengan cukup baik. Poin tambahan tentang kehidupan musisi di sana yang jadi profesi tokoh-tokohnya.

Saya suka dengan ritme ceritanya yang sebenarnya lambat banget. Tapi itu justru bikin sisi realistisnya lebih nonjol. Saya ikut terbawa dengan perjuangan Ceye mendekati Ladin sampai akhirnya “nembak” setelah hampir setahun. Dari yang awalnya cuman kebetulan –> penasaran –> kebetulan disertai sedikit usaha –> usaha –> usaha terang-terangan 😁. Seru deh pokoknya.

Sayangnya saya merasa percakapan mereka kayak kurang menggambarkan Bandung sih 🙈. Dialeknya full anak tongkrongan gitu. Kalau gak sebutin latarnya di Bandung, saya bisa aja menebak cerita ini bisa terjadi di mana saja. Mungkin kalau ada salah satu tokoh (figuran juga gak papa) yang pakai dialek sunda bakal lebih terasa “022”-nya.

But, overall is ok. Recommended
My Rating : 3 ⭐
Romance : 3 ❤

Keterangan Buku


Judul : 022
Penulis : Lokalpcy
Editor : Adelina Ayu Lestari

Editor Supervisi : Risma Megawati
Proofreader : Shafira Amanita
Desainer Sampul : Yulianti
ISBN : 9786024806767
Penerbit : Penerbit Clover (Imprint Penerbit M&C)
Tahun terbit : 2019
Format : 436 halaman Bookpaper
Harga : Rp. 99.000,-