Tag

, , , ,


Judul                     : Sepatu Dahlan 

Penulis                  : Khrisna Pabichara

Jumlah Halaman    : 369  halaman

Penerbit                 : Noura Books

Tahun Terbit          : Mei 2012

“Hidup, bagi orang miskin, harus dijalani apa adanya. Hukum alam. Maka, sebagai orang miskin, aku tidak mau berharap terlalu muluk-muluk. Aku segera menghapus impian yang ketiga, Aisha. Pengalaman mengantar Aisha ke rumahnya, setelah pernah malu bukan kepalang karena terjun bebas ke selokan di depan matanya, adalah anugerah indah bagiku. Cukuplah itu.” (hlm. 322)

Sejak Laskar pelangi, muncul geliat baru dalam dunia literasi Indonesia. Yakni dengan merebaknya novel-novel bergenre inspiratif. Kabar gembira sebenarnya ketika buku-buku itu bertengger di tangga best selling. Hanya saja, bisnis tetap bisnis. Senada dengan fenomena “Ayat-ayat cinta” yang mengundang buku-buku epigon yang tak jelas juntrungannya. Fenomena serupa pun terjadi pada buku dengan genre ini. Dengan embel-embel “novel inspirasi” atau “penggugah jiwa” banyak pembaca yang akhirnya tertipu oleh karya-karya follower tersebut.

Namun,  ditengah banjir epigon tersebut. Banyak juga karya berkualitas yang mengokohkan diri. Yang tak hanya memberi hiburan, tapi juga “sesuatu”   yang mengendap di alam bawah sadar setelah membacanya. Sebut saja nama-nama seperti Ahmad Fuadi dan Tere Liye. Lalu awal tahun kemarin ramai diperbincangkan            di twitter, novel berjudul “anak Sejuta Bintang” terbitan expose (mizan group). Dan masih dari kelompok Mizan Group~kali ini label NouraBooks, mei lalu terbit buku berjudul “Sepatu Dahlan”.

Benar. Novel ini berkisah tentang Dahlan iskan, menteri BUMN yang belakangan ini sangat ramai diperbincangkan. Dahlan Iskan dikenal sebagai pribadi bersahaja dan sangat pro rakyat. Sepak terjangnya di PLN sebelum menjadi BUMN juga sudah mencuri perhatian banyak orang. Tentu saja, kisah mengenai Dahlan iskan sudah sangat menjual. Sekarang semuanya tergantung dari bagaimana sang penulis meramunya. Apakah akan menajdi semakin luar biasa, atau malah menjadi kurang daya tariknya. Beruntungnya, di tangan khrisna Pabichara pertanyaan pertama yang mendapat jawaban “YA”.

Melalui narasi pak khrisna, kisah masa kecil Dahlan terasa makin mengena di hati kita, para pembaca.  Rasanya ingin mengquote semua paragraf dalam buku ini.

***

Cerita bermula dari seorang pria paruh baya yang bersiap-siap menjalani operasi liver. Pria ini, Dahlan Iskan kemudian teringat bahwa dulu Almarhumah ibunya juga meninggal karena penyakit sama.

“...Sekonyong-konyong aku berada di halaman depan sebuah rumah, masa lalu

Dan kisah mengalami flashback ke sebuah desa terpencil tempat Dahlan kecil dibesarkan. Di sini, Dahlan menjalani kehidupan yang sangat keras hingga membentuknya menjadi pribadi yang tegar dan pantang menyerah. Selain keprihatinan demi keprihatinan yang menjadi teman hidup Dahlan, cerita tetap menjadi logis dengan penceritaan masa kanak-kanak Dahlan yang menyenangkan bersama sahabat-sahabatnya di kampung kecil itu. Seperti saat mereka mencoba menyelidiki misteri sumur tua yang menjadi tempat paling di hindari. Masa-masa sekolahnya di pesantren sampai saat pertama kali Dahlan merasakan cinta.

“Di jantung rinduku kamu adalah keabadian, yang mengenalkan dan mengekalkan kehilangan.”

***

Secara keseluruhan Khrisna Pabichara telah berhasil menjadikan kisah ini sebanding dengan Laskar pelangi ataupun Negeri Lima Menara. Bukan tak mungkin buku ini nantinya berpotensi difilmkan juga. Dan yang pasti sudah banyak orang yang menantikan buku keduanya, Surat Dahlan. (Buku ini dipersiapkan untuk menjadi sebuah trilogy)

Tentang pengarang

Seorang trainer dan motivator pengembangan kecakapan belajar. Selama 10 tahun berkutat di dunia pendidikan dan perbukuan. Selain aktif menulis esai, cerpen, dan puisi di media, juga bergiat sebagai penulis dan penyunting di Kayla Pustaka. Dalam bersastra, ia bergiat di Kosakata, Komunitas Mata Aksara, dan Komunitas Planet Senen. (Dikutip dari official blog beliau http://dusunkata.blogspot.com/). Buku-bukunya antara lain : Mengawini Ibu, Gadis Pakarena (penerbit dolphin)