• Buku Saya
  • Tentang si Bugot
  • Tukeran Link/Banner

Jurnal si Bugot

Jurnal si Bugot

Tag Archives: gagasmedia

[Book Review] Midnight Restaurant – Daniel Ahmad

05 Senin Agu 2019

Posted by bugot in review

≈ Tinggalkan komentar

Tag

gagasmedia, horor, midnight restaurant


Blurb :

Saat jam antik di restoran bernama Hanggareksa berdentang dua belas kali, satu per satu dari mereka yang sedang menyantap makanan tersungkur dan meregang nyawa. Sandi yang baru beberapa menit masuk di restoran itu, segera berlari ke luar untuk mencari bantuan. Namun, saat dia menoleh ke belakang, yang dia dapati hanya restoran sepi yang terpampang tulisan “TUTUP”.

Sepulang mengantar pesanan untuk restoran itu, Lukman sering dihantui sesosok perempuan tua berwajah beringas saat mengendarai mobil tua milik bosnya. Beberapa kali sosok itu menjadi penyebab kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya.

Baru beberapa hari bekerja di restoran itu, kesehatan Nova menurun. Dia sering pingsan, juga tak sadarkan diri. Dia pun sering mengalami kerasukan. Terparah, dia ingin mengakhiri hidupnya dengan loncat dari ketinggian.

Baik Sandi, Lukman, maupun Nova, ketiganya punya kisah yang sama; mengalami nasib buruk saat bersinggungan dengan Hanggareksa, restoran dengan bangunan peninggalan zaman Belanda.

Apa sebenarnya yang tersembunyi di sana?
Apakah ketiga kisah itu saling berkaitan?

Kamu bisa membuktikannya sendiri; masuk dan perhatikan sekitar, kamu akan temukan jawabannya.

Keterangan Buku

Judul : Midnight Reataurant

Penulis : Daniel Ahmad

Editor : Sulung S. Hanum & Ry Azzura

Penata Letak : Putra Julianto & Gita Ramayudha

Desainer Sampul : Agung Nurnugroho

ISBN : 9789797809409

Penerbit : Gagasmedia

Tahun terbit : 2019 (cet. 1)

Format : vi + 306 halaman Bookpaper

Harga : Rp. 88.000,-

My Opinion

“Dalam gelap, muncul sesuatu berwarna putih. Makin lama makin jelas menampakkan kepala manusia yang terbungkus kain putih. Sosok yang berdiri di bawah lampu dapur itu melotot kepadaku, dengan wajahnya yang hitam legam, matanya yang merah padam, seperti sedang menyapa sahabat barunya di rumah ini.”, ~ (hal. 31-32)

Ada satu sub genre fiksi horor yang saya sukai, yaitu occultisme. Sayangnya beberapa novel atau film bertema occult yang pernah saya baca/dengar premisnya hampir template semua. Jadinya saya tak berminat melanjutkan sampai akhir 🙈.

Novel Midnight Restaurant yang baru saya baca ini juga menyinggung occultisme. Tapi di luar prediksi saya, kisah dalam novel ini beda banget dengan cerita-cerita pemujaan setan yang template itu. Saya menyukai hampir semua elemen dalam novel ini. Jadinya saya cuma butuh waktu semalam untuk menyelesaikan novel mencekam ini.

My Review

Story : 4.5 ⭐

“Ada banyak warung di jalan Kalimaya, tapi jangan pernah makan di restoran sebelah rumah ya, Mas. Masakannya nggak enak”, ~ (h. 26)

Sandi sangat beruntung mendapatkan kontrakan bagus dengan harga murah. Tapi hal-hal mengerikan terus dialami Sandi, diawali dengan insiden di Hanggareksa, restoran di samping kontrakannya.

*

Nova adalah gadis ceroboh yang sering dibully di kampusnya. Sejak bekerja di Hanggareksa, yang semua pegawai dan pemiliknya perempuan, Nova merasa menemukan keluarga baru. Tapi kemudian Nova mulai melihat penampakan-penampakan tak masuk akal yang mengganggu kesadaran dan kesehatannya.

*

Lukman adalah seorang single parents yang akan melakukan apapun untuk putri kecilnya. Ia bekerja sebagai kurir yang mengantar pesanan ke Restoran-Restoran, termasuk Hanggareksa. Suatu hari, Lukman menemukan sesuatu yang menjijikkan di gudang Hanggareksa. Sejak itu sering terjadi peristiwa mistis yang mengancam keselamatan Lukman dan anaknya.

*

Saat menghadiri seminar di Jakarta, Rama menumpang di kontrakan temannya, karena panitia seminar hanya menyediakan ruang kelas sebagai akomodasinya. Malam pertama di rumah itu, Rama sudah harus berurusan dengan kemunculan “pocong” di dapur rumah kontrakan.

*

Sekilas, kisah ke-4 orang ini seperti tak berhubungan. Benang merahnya hanya satu, yaitu Restoran Hanggareksa. Saya suka bagaimana penulis berhasil menentukan timing kapan ke-4 karakter utama ini bertemu. Ke-4nya punya kisah yang saling terhubung, dan penulisnya dengan sangat cerdas membuat saya gak sabaran pengen loncat ke adegan berikutnya, tapi juga nggak mau ketinggalan satu detail pun di bagian yang sedang saya baca.

Characthers & Plot : 4 ⭐

Novel ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama dari ke-4 tokoh sentralnya. Setiap karakter bercerita dengan gaya berbeda, sesuai dengan kepribadiannya : Sandy yang cuek, Nova yang kikuk, Pak Lukman yang dewasa serta Rama yang penuh rasa ingin tahu. Ke-4nya juga mendapat jatah masing-masing untuk memecahkan misteri-misteri yang twisted. Saya suka banget penceritaan seperti ini 😊

Ada banyak sub-plot yang membuat ceritanya nggak monoton. Seperti kisah Rama dengan Samson, teman sejawatnya yang ajaib mampu mencairkan suasana mencekam dengan komedi yang cukup menyegarkan. Ada juga kisah Sandi-Sabrina yang sepertinya lebih dari sekedar sahabat. Atau kisah tentang BQ (baca Baiq), teman kerja Nova yang memiliki indra ke enam. Sub story dari masing-masing tokoh ini nggak cuma jadi pelengkap, tapi mempengaruhi konflik utamanya. Hebat!

Dengan banyaknya sub plot di novel ini, tentu saja karakter-karakter di dalamnya juga tidak sedikit. Setiap karakter dimanfaatkan penulis untuk menguatkan ceritanya, tak ada yang mubazir.

“Kadang bisikan itu justru menyelamatkanku dari bahaya. Memperingatkanku saat ada orang jahat. Aku merasa dikutuk dan diberkati di saat yang bersamaan”, ~ (hal. 80)

Terror Meter : 5 ⭐

Adegan horornya jangan ditanya deh 🙀🙀. Saya sarankan kalian jangan baca kalau lagi sendirian malam-malam. Takutnya kebawa mimpi 😸.

Tapi kita tak sekedar ditakut-takuti dengan kemunculan hantu-hantu yang menyeramkan itu. Ada misteri yang harus dipecahkan.

Ending : 3.5 ⭐

Penulis mengakhiri kisahnya dengan netral. Misteri-misterinya terpecahkan semua. Dan tidak seperti novel horror kebanyakan yang biasanya suka ngegantung, penulisnya dengan baik hati juga menggambarkan keadaan masing-masing karakternya setelah peristiwa “itu”. Ada juga epilog yang (masih) memberikan kejutan 😸.

Sepertinya novel ini merupakan bagian dari series/universe yang diciptakan penulis. Karena ada satu tokoh “tamu” yang menyiratkan hal itu. Wah, kalau benar demikian, saya nggak sabar ingin membaca kisah lainnya di semesta ini.

Packaging & Editing : 3 ⭐

Seperti terbitan gagasmedia lainnya, sampul dan lay out isinya sangat menarik. Ukuran font dan spasinya juga pas buat saya. Hanya saja saya nemu cukup banyak typo yang cukup ganggu. Saya adalah orang yang kurang jeli untuk hal-hal teknis seperti ini. Tapi sempat ketangkep beberapa kali. Semoga di cetakan selanjutnya bisabaiki 🙏

FINAL RATING : 4 ⭐ (Recommended)

Wishful Wednesday #9 : Draf 1

23 Rabu Okt 2013

Posted by bugot in Uncategorized

≈ 1 Komentar

Tag

draf 1, gagasmedia, winna effendy, wishful wednesday


Waw, udah lama banget yah gak ikutan pamer wishlist di wishful wednesday. Kali ini mau ikutan lagi ah. Siapa tahu bakal ada peri buku baik hati yang akan mengirimkan buku inceran. #Ngareppp

Berhubung lagi semangat-semangatnya (sok) nulis novel. Jadi kayaknya aku butuh kitab khusus deh supaya tetap berada di jalan yang benar. Jadi fiksi pertamaku nanti gak parah-parah amat :D. Sebenarnya udah punya beberapa buku panduan nulis. Tapi rata-rata isinya sama sih, gak ada yang moodbaster sehingga bikin skill nulisku meningkat. Jadi aku ngarep banget bisa punya buku ini :

15865291

Menulis itu susah? Banget.
Terutama kalau kita nggak punya komitmen kuat dan disiplin untuk itu.

Truth to be told, menulis itu gampang-gampang susah. Terkadang terasa mudah dan menyenangkan, apalagi jika ide mengalir selancar air. Namun, menulis juga dapat terasa sulit karena tanpa teknik yang benar dan loyalitas untuk kembali ke halaman-halaman yang belum rampung, tulisan kita akan terus tidak selesai atau menjadi sebaik yang kita inginkan.

Selama ini, banyak sekali teman yang bertanya kepada saya:

– Gimana sih, caranya menulis fiksi yang enak dibaca?
– Bagaimana caranya menciptakan konflik yang nggak klise?
– Gimana caranya menulis cerita dari awal sampai akhir?
– Ceritaku mandek dan nggak kelar-kelar, gimana ya supaya aku bisa menyelesaikannya?
– Bagaimana cara mengirimkan naskah ke penerbit, dan apa yang bisa kita lakukan supaya naskah tersebut ‘dilirik’?
– Lalu, prosedur penerbitannya bagaimana?

Bagi kalian yang ingin tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas, well, this book might be the one for you.

Dan, mari bersama-sama menikmati proses menyenangkan menulis naskah fiksi pertamamu

Ayo yang mau ikutan share wishlistnya bisa ikutan meme ini juga loh. Berikut ketentuannya :

  • Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
  • Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) atau segala hal yang berhubungan dengan kebutuhan bookish kalian, yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku/benda itu masuk dalam wishlist kalian ya!
  • Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
  • Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)

wishful-wednesday4

Montase

20 Minggu Okt 2013

Posted by bugot in Uncategorized

≈ Tinggalkan komentar

Tag

#unforgotTen, gagasmedia, montase, romance, windry ramadhina


Dont judge a book by its cover!,

16300774Mungkin pepatah ini benar, tapi percayalah apapun alasannya penampakan luar tetap sangat mempengaruhi penilaian pertama. Begitu juga dengan buku, cover adalah hal pertama yang mencuri perhatian calon pembeli. Dan gagasmedia merupakan penerbit yang sangat aware dengan hal ini. Terbukti dengan cover-cover setiap novelnya yang elegan dan stylish. Sangat mencuri perhatian. Bahkan buku-buku yang diluaran sana covernya terlihat “agak murahan” dengan penampakan model sensual di sampulnya bisa disulap menjadi sangat berkelas.

Termasuk untuk buku ini, walaupun saya fansnya Windry Ramadhina. Namun jujur, hal pertama yang menarik perhatian saya adalah sampul buku ini. Tak biasa dengan hanya berupa sketsa yang terlihat seperti hanya hasil goresan pensil.

Aku berharap tak pernah bertemu denganmu.
Supaya aku tak perlu menginginkanmu, memikirkanmu dalam lamunku.
Supaya aku tak mencarimu setiap kali aku rindu.

Supaya aku tak punya alasan untuk mencintaimu.
Dan terpuruk ketika akhirnya kau meninggalkanku.

Tapi…,
kalau aku benar-benar tak pernah bertemu denganmu, mungkin aku tak akan pernah tahu seperti apa rasanya berdua saja denganmu. Menikmati waktu bergulir tanpa terasa.
Aku juga tak mungkin bisa tahu seperti apa rasanya sungguh-sungguh mencintai…
dan dicintai sosok seindah sakura seperti dirimu.

Lagi-lagi mbak Windry menunjukkan kepiawaiannya sebagai story teller. Garis besar cerita ini semuanya diceritakan dari sudut pandang Rayyi, tokoh central dalam novel ini. (Jarang-jarang vada novel romance yang vmengambil vpoint of view darei tokoh cowoknya). Dan menurutku cerita ini memang akan terasa lebih bernyawa kalau Rayyi sendiri yang menceritakannya.

Rayyi adalah vmahasiswa IKJ yang mengambil peminatan produksi. Sebenarnya ia lebioh tertarik dengan peminatan dokumenter, tapi vayahnya berharap untuk menjadikannya penerus di Karya Karnaya, PH besar yang memproduksi fim-film box office tapi sering dinilai jelek oleh para kritikus. Alhasil, nilai Rayyi pun ancur-ancuran, ia bahkan mengabaikan mata kuliah yang seharusnya diambil agar bisa fokus mengerjakan proyek film untuk sebuah lomba dokumenter tingkat nasional. Apa daya yang jadi pemenangnya justru seorang mahasisiwi Jepang ceroboh bernama Haru.

Suatu hari, Rayyi bersama ketiga sahabtnya (Bev, Sube vdan Andre) menjadi menyusup di kelas dokumenter yang diisi oleh Samuel Hardy, sineas muda terkenal yang jadi dosen tamu di IKJ. DI kelas ini pula Rayyi bertemu dengan Haru. Lewat beberapa kejadian Rayyi dan Haru menjadi dekat. Haru juga berhasil menarik perhatian vsahabat-sahabatnya. Lama kelamaan Rayyi makin menyadari ketertarikannya pada Haru, ia bahkan menjadikan Haru sebagi objek vfilm dokumenternya.

Di luar sikap angkuh dan arogannya, Samuel Hardy ternyata menyadari bakat Rayyi. Ia diam-diam telah menyiapkanRayyi dan Haru untuk mengikuti kompetisi film dokumenter internasional. Samuel Hardy juga memberi kesempatan pada Rayyi untuk magang di PH miliknya. Di lain pihak, ayah rayyi menjadi murka karena nilai Rayyi yang tak bisa ditolerir lagi. Rayyi kemudian diawasi 24 jam agar bisa fokus dengan kuliahnya. Ia juga diharuskan magang di Karya Karnaya.

“Selalu ada impian yang lebih besar dari impian lain, kan?”

Sama seperti Memori, garis besar cerita ini bukan ncinta. Meski banyak bumbu romantisme dan persahabatan, fokus utama buku ini adalah bagaimana Rayyi meraih mimpinya menjadi pembuat film dokumenter. Dalam proses pencapaian itulah Rayyi bertemu banyak orang dan mempelajari banyak hal. Di awal memang diceritakan Rayyi orang yang lempem dan cuek. Namun berbagai peristiwa telah membuatnya jadi lebih dewasa. Tokoh-tokoh lain dalam novel vini juga menciptakan satu side story tersendiri. Misalnya hubungan Samuel Hardy dengan Bev, atau tentang Sube yang diam-diam juga naksir Bev.

Mengapa saya suka karya-karya  Windry Ramadhina? Karna sama seperti Dee, dia selalu konsisten dalam bercerita. Di setiap buku-bukunya selalu ada dunia baru vyang mereka ceritakan secara mendalam. Seperti kuliah akademik, kita mendapat pengetahuan baru yang sangat mendetail tentang isu yang diangkat penulisnya. Bedanya kali ini disampaikan dengan cara yang asyik dan tidak membosankan. Dalam Memori, mbak Windry menjelaskan banyak hal tentang dunia arsitektur maka dalam Montase ini, dunia perfilman-lah yang dieksplore habis-habisan.

Ini buku ketiga Windry Ramadhina yang kubaca, masih ada dua judul lagi yang belum. Yaitu Metropolis dan london.

keterangan Buku: 

Judul Buku            : Montase

Penulis                  : Windry Ramadhina

Penerbit                : Gagasmedia

Tahun terbit           : 2012

Format                   : 368 halaman Paperback

Genre                    : Romance

unforgotTEN_logo

Pillow Talk : Setiap Hati Punya Rahasia

03 Kamis Okt 2013

Posted by bugot in Uncategorized

≈ 9 Komentar

Tag

christian simamora, gagasmedia, pillow talk


images

Kami ‘bersahabat’ sejak kecil.

Tepatnya, kalau ada kata lain untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui ‘sahabat’, maka kata itulah kami.

Berbagi cerita, berbagi rahasia. Bahkan, tanpa disadari, kami pun membagi cinta.

Tapi, apakah kau tahu, rasanya saling mencintai namun bertahan untuk tidak saling memiliki?

Percayalah, ini lebih buruk dari sekadar patah hati.

Ini bukan kisah cinta yang ingin kau alami.

Jo memahami diri Emi lebih dari siapapun. Karna Emi selalu menceritakan apapun padanya. Jo kenal semua mantan-mantan Emi dan apa saja yang mereka lakukan. Awalnya memang kedengaran risih ketika Emi menceritakan rahasia-rahasia kekasihnya serta keintiman mereka di ranjang. Namun lama lama Jo terbiasa dan menganggap angin lalu semua kenakalan sahabatnya itu. Jo tahu statusnya akan tetap hanya sebagai sahabat. Tak lebih,…

He will always a BOY FRIEND—never a BOYFRIEND

Jo sebenarnya sudah jatuh cinta kepada Emi bahkan sejak mereka belum seakrab sekarang. Saat ia terpuruk karna perpisahan orang tuanya, Emi adalah orang yang selalu menyemangatinya. Cintanya tak tersampaikan karna Emi sudah jadian duluan dengan Santo , yang juga sahabat mereka berdua. Lalu Santo menyakiti Emi dan mereka putus. Emi lalu bersumpah tak akan pernah pacaran dengan sahabat sendiri. Sejak saat itu, Jo tahu ia tak akan pernah bisa memiliki Emi.

“Tapi, kalo aku ngelupain kamu, Aku juga lupa caranya bahagia”

Hidup Emi terbilang sangat bebas kalau tak boleh dibilang jalang. Ia telah berganti-ganti cowok. Mulai dari yang serius sampai sekedar One Night Stand. Semua itu diceritakannya pada Jo. Jo sendiri juga sudah punya pacar seorang model. Namun ia tak bisa memungkiri kalu dia sebenarnya masih mencintai Emi. Begitu pula Emi, ia tahu ia pun sebenarnya ingin menjadikan Jo lebih dari teman.

Ini buku Christian Simamora pertama yang kubaca. Seperti juga AYCE dan Good Fight yang kubaca baru-baru ini, novel ini juga ditujukan untuk DEWASA. Jadi buat yang masih make seragam putih abu-abu jangan coba-coba baca buku ini. Meski demikian gaya bercerita penulis yang mengalir dan blak-blakan benar-benar jadi nilai plus buku ini. Tanpa kata-kata melow, Christian Simamora meramu kisah Emi dan Jo dengan lugas, lucu dan kadang-kadang sarkas.

Karakter-karakternya juga “hidup” dan kuat. Emi dengan kejalangan-nya, tapi tetap bikin pembaca menyukainya. Dan tentu saja Jo, Yang saya yakin jadi list cowok impian tiap pembaca wanita :D. Buat yang suka metropop dengan latar perkotaan yang modern, buku ini very recommended. Tentu aja kalau teman-teman sudah berusia di atas 17 tahun.

Keterangan Buku

Judul Buku            : Pillow Talk

Penulis                  : Christian Simamora

Editor                     : Gita RomaDhona

Penerbit                : Gagasmedia

Tahun terbit           : 2010

Format                   : 459 halaman Paperback

Genre                    : Romance

Setiap Tempat Punya Cerita : Bangkok

27 Sabtu Jul 2013

Posted by bugot in Uncategorized

≈ Tinggalkan komentar

Tag

#unforgotTen, bangkok, gagasmedia, moemoe rizal, setiap tempat punya cerita, stpc


bangkok

Sebenarnya sejak awal gagas meluncurkan proyek “Setiap Tempat Punya Cerita (STPC)” ini aku udah exited banget. Pertama, karena aku emang suka buku-buku traveling. Masih ngarep aja sih kelak aku bisa jadi backpacker juga. Waktu promo-promo awalnya, aku sempat salah ngira gitu, pikirnya ini bakalan mirip kayak buku-buku traveling yang biasa aku baca. Lalu aku dengar gagas juga bekerja sama dengan Bukune dalam proyek ini. Jadi makin menarik aja, :D. Next, setelah buku pertama : Paris terjun ke pasaran, aku baru ngeh bahwa ini sebenarnya novel. Tapi sayangnya waktu itu masih belum dapet “hidayah” buat mulai koleksi serial STPC sampai berturut-turut muncul Roma, Melbourne dan kemudian Bangkok.

Wow, Bangkok!! kota ini masuk dalam daftar tempat yang harus aku kunjungi sebelum mati. Jadi tambah gatel pengen punya buku ini. Fortunately, di waktu bersamaan aku kepilih jadi salah satu blogger beruntung yang berhak dapetin kado berupa sepuluh buku dari gagas. Sure, Bangkok included.

Jadi, aku mulai perjalanan di STPC ini dari Bangkok bersama kakak beradik Edvan dan Edvin. Edvan melakukan perjalanan mengelilingi Bangkok untuk mencari jurnal milik almarhumah ibunya. Kedengarannya seperti misi konyol ya? Awalnya Edvan juga mikir gitu. Dia udah punya karir enak di Singapura. Di usianya yang belum kepala tiga, reputasi Edvan sebagai arsitek sudah melampaui pendahulunya. Sudah lama ia tak pulang dan berhubungan dengan ibu dan adiknya sejak masalah bertahun-tahun lalu. Tepat saat ayahnya meninggal dunia. Dan ia pun tak berniat pulang sampai hari itu, saat Edvin mengirim SMS padanya bahwa sang ibunda sudah meninggal.

Setelah sampai di Indonesia, Edvan dikejutkan oleh banyak hal. Salah satunya dengan kemunculan wanita cantik yang mengaku sebagai adiknya. Yeah, siapa juga yang gak shock kalau tahu saudara laki-lakinya jadi transgender. Owh, parahnya Edvin alias Edvina memberinya misi penting dari sang ibu untuk mengumpulkan jurnalnya di Bangkok. Konon jurnal itu akan membawanya pada harta karun peninggalan sang ayah.

Pencariannya di Bangkok ditemani seorang pemandu wanita bernama Charm. Menelusuri tiap jengkal eksotisme Bangkok, edvan tidak hanya mengumpulkan kepingan kenangan dari ibunya, tapi juga mempelajari banyak hal termasuk cinta dan arti keluarga.

Great!! Sepertinya aku memilih kota yang tepat untuk memulai perjalanan STPC ini. Gaya bercerita Moemoe Rizal yang lugas dan blak-blakkan jelas menjadi salah satu faktor penyebab aku menyukai novel ini. Detail mengenai keindahan Bangkok digambarkan dengan pas, tidak lebay tapi mampu membuat pembacanya ikut berada di sana.

Tema yang ditawarkan sebenarnya sederhana, namun ada banyak konflik-konflik lain yang membuat novel ini tak biasa. Selain Edvan, Edvin dan Charm ada karakter-karakter lain yang tak kalah unik dan memperkaya cerita. Misalnya Max, adik Charm yang penggila Muang thay tetapi sepertinya masih menyimpan ambiguitas tentang orientasi sex-nya :D. Isu tentang transgender yang ada dalam buku ini juga disampaikan secara netral :

 “Kau tak perlu menerima kehadiran mereka,” lanjut wanita itu lagi. “tapi biarkan mereka hadir. karena kita tak bisa menghakimi apa yang mereka lakukan. …(hal297).

Sayangnya, endingnya agak kurang greget. Bukannya gak menarik, cuma terkesan “biasa” aja. Tapi akhirnya tetap manis koq, hehe. Empat bintang untuk sensasi jalan-jalan yang diciptakan, karakter-karakternya yang ngangenin, dramanya yang pas serta covernya yang maniss banget. 😀

Lepas dari Bangkok, saya makin ketagihan pengen jalan-jalan lagi sama serie STPC   berikutnya. Setelah ini mau ke Roma bareng Robin Wijaya 😀 (Sebenarnya mau ke London dulu karena ditulis oleh penulis favoritku Windry Ramadhina, tapi belum nemu disini). Yuk siapkan koper juga 😀

jangan pedulikan masa lalumu, jangan risaukan masa depanmu. Urusilah masa sekarang.

Keterangan Buku

Judul Buku            : Bangkok, The Journal

Penulis                  : Moemoe Rizal

Editor                     : Ibnu Rizal

Penerbit                : Gagasmedia

Tahun terbit           : 2013

Format                   : 436 halaman Paperback

Genre                    : Romance, travellite

unforgotTEN_logo

← Older posts

Enter your email address to follow this blog and receive notifications of new posts by email.

Bergabung dengan 1.898 pelanggan lain

follow me on bloglovin

Follow my blog with Bloglovin

EVEN OKTOBER

Book of The Month

Jurnal Terkini

  • [Review] 39 Langkah – John Buchan
  • [Book Review] Jurnal Risa – Risa Saraswati
  • [Review] Kisah Misteri Enola Holmes Kasus Hilangnya Sang Marquess – Nancy Springer
  • [Review] 35 Mm – Lokalpcy
  • [Review] Bidadari Berbisik – Asma Nadia
  • [Book Review] 022 – Lokalpcy
  • [Book Review] Memoar Marla – Safira Hapsari
  • [Book Review] Te O Toriatte – Akmal Nasery Basral
  • [Book Review] Kami (Bukan) Jongos Berdasi – J.S. Khairen
  • Gramedia Go : Inovasi Terbaru Gramedia Yang Membawa Keadilan Bagi Booklover di Seluruh Indonesia

Jejak Tertinggal

bugot pada Dalam Cengkeraman Iblis
bugot pada [Book Review] Jurnal Risa…
pirnadari59@gmail.co… pada [Book Review] Jurnal Risa…
Pirna pada [Book Review] Jurnal Risa…
oiri pada Dalam Cengkeraman Iblis
Dennyz pada Skandal di Pondok Songka
bugot pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
Luk QQ pada [Book Review] Kami (Bukan) Jon…
bugot pada [Review] Delusi Moneter
Kreta Amura pada [Review] Delusi Moneter

Follow me on linky

Follow My Blog!

Click here to follow this blog and view my other followers...

Read the Printed Word!

search

jurnal terpopuler

[Book Review] Senjakala -  Risa Saraswati
[Book Review] 022 - Lokalpcy
[Review] Bidadari Berbisik - Asma Nadia
Berhenti Merawat Luka : Resensi Sepatu Dahlan
Novel prof. Yohanes Surya membuat saya CLBK dengan Fisika

Instagram

Tidak ada gambar Instagram yang ditemukan.

Goodreads

DAFTAR ISI

celoteh si bugot

Kesalahan: Pastikan akun Twitter Anda publik.

Pondok-pondok Bugot

  • ARchive Lomba
  • Life Begin At 2oth
  • Mylove to Rain

Sahabat Bugot

  • Aishiterugika’s Blog
  • Chronicle 89
  • Katakan dengan Kata
  • Kemilau Cahaya Emas
  • Kumpulan Sinopsis Buku
  • Pembuat Awan
  • SNBI POENYA BLOG
  • sweeping Me
  • Tukeran Link/ Banner
Maret 2023
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  
« Sep    

  • Ikuti Mengikuti
    • Jurnal si Bugot
    • Bergabunglah dengan 101 pengikut lainnya
    • Sudah punya akun WordPress.com? Login sekarang.
    • Jurnal si Bugot
    • Sesuaikan
    • Ikuti Mengikuti
    • Daftar
    • Masuk
    • Laporkan isi ini
    • Lihat situs dalam Pembaca
    • Kelola langganan
    • Ciutkan bilah ini
 

Memuat Komentar...